Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gagal Jantung (Heart Failure)
A.
DEFINISI
Ilustrasi Gagal Jantung |
B.
ETIOLOGI
Penyebab kegagalan
jantung yaitu :
1.
Disritmia, seperti: Bradikardi, takikardi, dan kontraksi
premature yang sering dapat menurunkan curah jantung.
2.
Malfungsi katup, dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh
kelebihan beban tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang ,
seperti stenosis katup aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan
beban volume yang menunjukan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.
3.
Abnormalitas otot jantung, menyebabkan kegagalan ventrikel
meliputi infark miokard, aneurisme ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya
dari aterosklerosis koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis
endokardium, penyakit miokard primer (kardiomiopati), atau hipertrofi luas
karena hipertensi pulmonal, stenosis aorta, atau hipertensi sistemik.
4.
Ruptur miokard, terjadi sebagai awitan dramatik dan sering
membahayakan kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini
biasa terjadi selama 8 hari pertama setelah infark.
Sedangkan
menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab gagal jantung kongestif, yaitu:
kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertensi sistemik atau
pulmonal (peningkatan afterload) , peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif, penyakit jantung lain, faktor sistemik.
C.
KLASIFIKASI
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan
pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan,
dan gagal jantung kongestif. Klasifikasi berdasarkan derajat sakitnya dibagi
dalam 4
kelas, yaitu:
a)
Kelas 1 : Penderita kelainan jantung tanpa pembatasan
aktivitas fisik. Aktivitas sehari-hari tidak menyebabkan keluhan.
b)
Kelas 2 : Penderita dengan kelainan jantung yang mempunyai
akti vitas fisik terbatas. Tidak ada keluhan sewaktu istirahat, tetapi
aktivitas sehari - hari akan menyebabkan capek, berdebar, sesak nafas.
c)
Kelas 3 : Penderita dengan aktivitas fisik yang sangat
terbatas. Pada keadaan istirahat tidak terdapat keluhan, tetapi aktivitas fisik
ringan saja akan menyebabkan capek, berdebar, sesak nafas.
d)
Kelas 4 : Penderita yang tidak mampu lagi mengadakan
aktivitas fisik tanpa rasa terganggu. Tanda-tanda dekompensasi atau angina
malahan telah terdapat pada keadaan istirahat.
Berdasarkan lokasi terjadinya terbagi menjadi 2, yaitu :
a)
Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal
ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang
dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan
terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dispnea,
batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung S3, kecemasan kegelisahan,
anoreksia, keringat dingin, dan paroxysmal nocturnal dyspnea, ronki basah paru
di bagian basal.
b)
Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang
menonjol adalah kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena
sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi: edema ekstremitas
bawah yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan
di dalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, dan lemah.
D. PATOFISIOLOGI
Sindrom gagal jantung
disebabkan oleh beberapa komponen:
1.
Ketidak mampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna
mengakibatkan stroke volume dan cardiac output menurun.
2.
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload) menyebabkan
hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel.
3.
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload) akan menyebabkan
volume dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi.
4.
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya
kerja jantung dimana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan
gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mamu untuk
memenuhi kebuthuna sirkulasi tubuh.
5.
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran
masuk kedalam ventrikel atau pada aliran balik venous return akan menyebabkan
pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
Gagal
jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja(tekanan atau
volume) yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung itu sendiri. Beban
volume atau preload disebabkan karena kelainan ventrikel memompa darah lebih
banyak semenit sedangkan beban tekanan atau afterload disebabkan oleh kealinan
yang meningkatkan tahanan terhadap pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan
atau gangguan fungsi miokard dapat disebabkan oleh menurunnya kontraktilitas
dan oleh hilangnya jaringan kontraktil (infark miokard).Dalam menghadapi beban
lebih, jantung menjawab (berkompensasi) seperti bila jantung menghadapi latihan
fisik. Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka mekanisme
kompensasi akan melampaui batas dan ini menimbulkan keadaan yang merugikan.
Manifestasi klinis gagal jantung adalah manifestasi mekanisme kompensasi.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gagal jantung kiri :
Kongesti paru
menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu :
a) Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan
dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa
pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea (PND)
b)
Ortopnea
Yakni kesulitan bernafas saat penderita berbaring.
c)
Paroximal
Yakni nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi setelah pasien duduk
lama dengan posisi kaki dan tangan dibawah atau setelah pergi berbaring ke
tempat tidur.
d) Batuk
Yaitu batuk kering maupun batuk basah sehingga menghasilkan dahak/lendir
(sputum) berbusa dalam jumlah banyak, kadang disertai darah dalam jumlah
banyak.
e) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang
kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen
serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress
pernafasan dan batuk.
f) Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa
jantung tidak berfungsi dengan baik.
g)
Disfungsi ventrikel kanan atau gagal
jantung kanan, dengan tanda dan gejala berikut:
1)
Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2)
Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
penambahan berat badan.
3)
Hepatomegali. dan nyeri tekan pada kuadran kanan
atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
4)
Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran
vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
5)
Nokturia, yang terjadi karena perfusi renal dan
didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
6)
Kelemahan, yang diakibatkan oleh menurunnya
curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.
F. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa,
yaitu:
1. Elektrokardiogram
(EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial.
2. Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
dinding .
3. Sonogram
(ekocardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
4. Kateterisasi
jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi.
5. Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
8. Oksimetri
nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
9. Analisa gas
darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
10. Blood ureum nitrogen (BUN)
dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal.
Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
11. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas
tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi
kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi
3. Membuang penumpukan air
tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diet dan istirahat.
Terapi
Farmakologis :
1. Glikosida jantung.
Digitalis, meningkatkan
kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang
dihasilkan antara lain, peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan
volume darah dan peningkatan diuresisi dan mengurangi edema
2. Terapi diuretik.
Diberikan untuk
memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati – hati
karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif
digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas
vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Diet
Pembatasan
natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat
berupa :
1. Kerusakan atau kegagalan
ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal
dari gagal jantung dapat membutuhkan dialisis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat
terjadi kerusakan pada katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang
menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab
jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan
stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal
jantung daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan akan
mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan
jantung atau stroke
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istrahat
a. Gejala
-
Keletihan/kelemahan terus menerus sepanjang hari.
-
Insomnia.
-
Nyeri dada dengan aktivitas.
b. Tanda
-
Gelisah, perubahan status mental.
2. Sirkulasi
a. Gejala
- Riwayat
hipertensi, IM akut, episode GJK sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah
jantung, endokarditis.
b. Tanda
- TD : rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau
kronis), atau tinggi (kelebihan beban cairan).
-
Frekuensi jantung : takikardi.
-
Irama jantung : disritmia.
-
Bunyi jantung : S3 (gallop).
-
Nadi : nadi perifer berkurang; perubahan dalam kekuatan denyutan.
-
Punggung kuku : pucat atau sianosis dengan pengisisan kapiler lambat.
-
Bunyi napas : ronki, krekels.
3. Integritas ego
a. Gejala
-
Ansietas.
-
Stress yang berhubungan dengan penyakit.
b. Tanda
-
Berbagai manifestasi perilaku.
4. Eleminasi
a. Gejala
-
Penurunan berkemih.
-
Diare.
5. Makanan dan cairan
a. Gejala
-
Kehilangan nafsu makan.
-
Mual/muntah.
-
Penambahan berat badan yang signifikan.
b. Tanda
-
Penambahan berat badan cepat.
6. Pernapasan
a. Gejala
-
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk,atau dengan beberapa bantal.
-
Batuk dengan atau tanpa sputum.
-
Penggunaan bantuan pernafasan.
b.Tanda
-
Pernapasan : takipnea.
-
Batuk : kering/nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa sputum.
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung
menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardia, perubahan frekuensi,
irama, perubahan struktural (kelainan katup).
2. Intoleran aktvitas berhubungn dengan
ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan umum.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan peningkatan produksi ADH, resistensi natrium dan air.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan meningkatnya cairan antara kapiler dan alveolus.
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
volume paru, hepatomegali, splenomigali.
6. Integritas kulit
berhubungan dengan edema, penurunan perfusi jaringan.
C. PERENCANAAN
KEPERAWATAN
1. Penurunan
curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardia,
perubahan frekuensi, irama, perubahan structural (kelainan katup).
a. Tujuan :
·
Menununjukan tanda vital dalam batas normal, dan bebas
gejala gagal jantung.
·
Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
·
Ikut serta dalam aktvitas mengurangi beban kerja jantung.
b. Intervensi
Mandiri :
·
Aukskultasi nadi, kaji frekuensi jantung, irama jantung.
Rasional : agar mengetahui seberapa besar tingkatan perkembangan
penyakit secara universal.
·
Pantau TD
Rasional : pada GJK peningkatan tekanan darah bisa terjadi kapanpun.
·
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasional : pucat menunjukan menurunnya perfusi perifer sekunder
terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis dapat terjadi akibat dari
suplai oksigen yang berkurang pada jaringan atau sel.
·
Berikan pispot di samping tempat tidur klien.
Rasional : pispot digunakan untuk menurunkan kerja ke kamar mandi.
·
Tinggikan kaki, hinderi tekanan pada bawah lutut.
Rasional : menurunkan statis vena dan dapat menurunkan insiden
thrombus atau pembentukan emboli.
·
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai
indikasi.
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, untuk
melawan hipoksia.
Kolaborasi :
·
Berikan obat sesuai indikasi.
Ø Vasodilator, contoh nitrat (nitro-dur,
isodril).
Rasional : vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung, dan
menurunkan volume sirkulasi.
2. Intoleran
aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan umum.
a.
Tujuan
·
Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi
kebutuhan keperawatan diri sendiri.
·
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur,
dibuktikan oleh menurunya kelemahan dan kelelahan tanda vitalselam aktivitas.
b.
Intervensi
Mandiri :
·
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas,
khususnya bila pasien menggunakan vasodilator, dan diuretic.
Rasional : hipotensi ortostatik dapa terjadi
karena akibat dari obat vasodilator dan diuretic.
·
Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat
takikardi,disritmia, dispnea, pucat.
Rasional : penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi
jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
·
Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : dapat menunjukan dekompensasi jantung dari pada kelebihan
aktivitas.
Kolaborasi :
·
Implemenasi program rehabilitasi
jantung/aktifitas
Rasional: peningkatan bertahap pada aktifitas
menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Rehabilitasi juga perlu
dilakukan ketika fungsi jantung tidak dapat kembali membaik saat berada dibawah
tekanan.
3. Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi natrium dan air.
a.
Tujuan
·
Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan
cairan pemasukan dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam
rentang yang dapat diterima, berat badan stabil, dan tak ada edema.
b.
Intervensi
Mandiri :
·
Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna.
Rasional : haluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena perunan
perrfusi ginjal.
·
Ajarkan klien dengan posisi semifowler.
Rasional : posisi terlentang atau semi fowler meningkatakan filtrasi
ginjaldan menurunkan ADH sehingga meningkatkan dieresis.
·
Ubah posisi klien dengan sering.,
Rasional : pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan
nutrisi dan inmobilisasi atau baring lama merupakan kumpulan stressor yang
mempengaruhi integritas kulit dan memerlukan intervensi pengawasan ketat.
·
Kaji bising usus. Catat keluhan anoreksia, mual.
Rasional : kongesti visceral dapat menganggu fungsi gaster/intestinal.
·
Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : penurunan mortilitas gaster dapat berefek merugikan pada
digestif dan absorsi. Makan sedikit dan sering meningkatkan digesti/mencegah
ketidaknyamanan abdomen.
·
Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran
kanan atas/nyeri tekan.
Rasional : perluasan gagal jantung menimbulkan kongesti vena,
menyebabkan distensi abdomen, pembesaran hati, dan menganggu metabolism obat.
Kolaborasi:
·
Pemberian obat sesuai indikasi.
Ø Diuretic contoh furrosemid (lasix),
bumetanid (bumex).
Rasional : meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat
reabsorbsi natrium pada tubulus ginjal.
Ø Tiazid dengan agen pelawan kalium,
contoh spironolakton (aldakton).
Rasional : meningkatkan diuresi tanpa kehilangan kalium
berlebihan.
·
Konsultasi dengan ahli diet
Rasional : perlu diberikan
diet yang dapat diterima pasien dan memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan
natrium.
4. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler dan alveolus.
a.
Tujuan
·
Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada
jaringan.
·
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas
kemampuan.
b.
Intervensi
Mandiri :
·
Aukskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi.
Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret
menunjukan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
·
Anjurkan pasien untuk batuk efektif, napas dalam.
Rasional : memberikan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen.
·
Pertahankan posisi semifowler.
Rasional : Menurunkan kosumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan
inflamasi paru maksimal.
·
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan kontraksi oksigen alveolar, yang dapat
memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
Kolaborasi :
·
Berikan obat sesuai indikasi.
Ø Diuretic, furosemid (laxis).
Rasional : menurunkan kongesti alveolar, mningkatkan pertukaran gas.
Ø Bronkodilator, contoh aminofiin.
Rasional : meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas
kecil.
·
Berikan oksigen tambahan yang sesuai
dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien,
Rasional : terjadinya/kegagalan nafas yang akan
datang memerlukan upaya penyelamatan hidup.
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru,
hepatomegali, splenomigali.
a.
Tujuan
·
Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
selam di RS, RR Normal , tak ada bunyi nafas tambahan dan penggunaan otot
bantu pernafasan. Dan GDA Normal.
b.
Intervensi
Mandiri :
·
Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
Rasional : distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat
terjadi sebagai akibat dari diafragma yang menekan paru-paru.
·
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu
nafas
Rasional : kesulitan bernafas dengan ventilator dan/atau peningkatan
tekanan jalan napas di duga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi.
·
Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas krekels,
mengi.
Rasional : bunyi napas menurun/tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, krekels dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/kegagalan
pernapasan
·
Tinggikan kepala dan bantu untuk mencapi posisi
yang senyaman mungkin.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahka
pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara segmen
paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
Kolaborasi :
·
Pemberian oksigen dan cek GDA
Rasional : pasien dengan gangguan nafas
membutuhkan oksigen yang adekuat. GDA untuk mengetahui konsentrasi O2 dalam
darah.
6. Integritas kulit berhubungan dengan
edema, penurunan perfusi jaringan.
a.
Tujuan
·
Mempertahankan integritas kulit.
·
Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
b.
Intervensi
·
Kaji kulit, adanya edma, area sirkulasi terganggu, atau
kegemukan/kurus.
Rasional: kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer, dan
gangguan status nutrisi.
·
Pijat area yang kemerahan atau memutih.
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jarinagan.
·
Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu rentang gerak
aktif/pasif.
Rasional : memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang
meganggu aliran darah.
·
Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan
kelembaban.
Rasional : terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat
kerusakan.
·
Hindari obat intramuscular.
Rasional : Edema intertisisal dan gangguan
sirkulasi memperlambat absorbs obat dan predisposisi untuk kerusakan
kulit/terjadinya infeksi.
Sumber:
Brunner
& Suddarth, Buku Ajar
Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC, Jakarta.
Doenges
E. Marlynn, Rencana Asuhan
Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Gallo
& Hudak, Keperawatan Kritis,
edisi VI, 1997, EGC Jakarta
Noer
Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Nursalam.
M.Nurs, Managemen Keperawatan :
Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional, 2002, Salemba
Medika, Jakarta
Russel
C Swanburg, Pengantar keparawatan,
2000, EGC, Jakarta.
Comments
Post a Comment