Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, angka kematian bayi akibat diare masih
cukup tinggi. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, diare merupakan
penyebab nomor tiga kematian pada bayi, setelah gangguan perinatal dan penyakit
sistem pernapasan sedangkan pada balita, diare merupakan penyebab kematian
nomor dua setelah penyakit sistem pernapasan (Tin Afifah dkk,2003).
Terjadinya diare disebabkan oleh berbagai faktor yang
berkaitan satu sama lain, antara lain faktor lingkungan, gizi, kependudukan,
keadaan sosial ekonomi, dan faktoe perilaku masyarakat. Penatalaksanaan yang
efektif dan rasional dapat memperkecil angka kematian penderita diare dengan
harapan tumbuh kembang yang optimal.
1.2. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep dasar penyakit Diare
pada Anak?
2.
Bagaimana konsep asuhan keperawatan
penyakit Diare pada Anak?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Defenisi Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,Rita Yuliani, 2001).
Ilustrasi Anak Diare |
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
terjadi pada masa kanak-kanak, didefenisikan sebagai peningkatan dalam
frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces (Mc.Kinney, Emily Stone et al,
2000).
2.2. Jenis Diare
Ada beberapa jenis diare, yaitu:
1. Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak
atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas.
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab
utama kematian bagi penderita diare.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dengan atau
tanpa lendir dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat
badan dengan cepat, kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
3. Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat
akut namun berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai
diare cair atau disentri. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan
dan gangguan metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare
(diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti
demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini
berdasarkan acuan baku diare dan tergantung juga pada penyakit yang
menyertainya.
2.3. Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi ,
malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
Ø Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Aeromonas, dll.
Ø Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astovirus, dll.
Ø Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain
di luar alat pencernaan, seperti OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dsb.
2. Faktor malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan
kurang matang.
4. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak
akan menyebabkan diare kronis.
2.4.
Patofisiologi
Diare
dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare
sekretorik
Diare
tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan
diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
2. Diare
osmotik
Diare
tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4,
Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
3.
Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare
tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
4. efek sistem pertukaran anion/transport
elektrolit aktif di enterosit
Diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+ATPase di
enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
5.
Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare
tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain:
diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
6.
Gangguan permeabilitas usus
Diare
tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan
morfologi membran epitel spesifik pada usus halus
7. Diare
inflamasi
Proses
inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk
dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.
8. Diare
infeksi
Infeksi
oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus,
diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa).
Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh
bakteri tersebut.
2.5. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari
diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa
haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak
lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin
dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
2.6.
Pemeriksaan Diagnostik
· Pemeriksaan
tinja.
· Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan
menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
· Pemeriksaan
kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
· Pemeriksaan
elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
2.7. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan
empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
8. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan
berat badan, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.
2.8. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic,
hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein
2.9. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk
mencegah dan mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi
akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus
rasional.
A. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
a. Jenis cairan
a) Cairan rehidrasi oral
Ø Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan Glukosa
Ø Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa
atau karbohidrat lain.
b) Cairan parenteral
b. Jalan pemberian cairan
a)
Peroral untuk dehidrasi
ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran
baik.
b)
Intragastrik
untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau
minum, atau kesadaran menurun.
c)
Intravena untuk
dehidrasi berat.
c. Jum;ah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan
dan usia anak
d. Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
Oral : 1 gelas setiap kali anak buang air besar
Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik.
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik.
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
b) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB
anak
B. Pengobatan dietetik
1. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanannya adalah:
·
Susu (ASI dan
atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak tak jenuh)
·
Makanan setengah
padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
·
Susu khusus,
sesuai indikasi kelainan yang ditemukan
2. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih
dari 7 kg. Jenis makanannya adalah makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai
dengan kebiasaan makan di rumah.
2.10. Obat – obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan
yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras, dll).
1. Obat antisekresi
2. Obat antispasmolitik
3. Obat pengeras tinja
4. Antibiotika, kapan perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN DIARE
3.1. Pengkajian
A. Identitas Anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp,
tingkat pendidikan dll.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir
Rendah
b. Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan
Minum, Tipe Susu Formula
c. Riwayat diare ; Berulang, Penyebab
d. Pola Pertumbuhan
e. Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab.
b. Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu
BAB
c. Kaji Intake dan Output
D. Pengkajian Sistem
a. Pengkajian umum
Ø Kesadaran
Ø Tanda – tanda vital
Suhu tubuh : pengukuran suhu melalui mulut
(anak > 6 th)
Pengukuran axilla (<4 – 6 th)
Nadi : kuat, lemah, teratur/ tidak.
Nafas : kedalaman, irama, teratur/ tidak
TD : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi
Ø TB / BB
Ø Lingkar kepala
Ø Lingkar Dada
b. Pengkajian fisik
Ø Kepala
Kebersihan kepala
Ubun-ubun cekung
Ø Mata
Palpebra : cekung/ tidak
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
Ø Hidung
Sianosis, epistaksis
Ø Mulut
Membran mukosa : pink, kering
Ø Telinga
Apakah ada infeksi/ tidak
Ø Sistem kardiovaskuler
Nadi apeks : irama teratur/ tidak
Nadi perifer : irama teratur/ tidak
Bunyi jantung : murni/ bising
Kulit : pucat/ sianosis
Ø Sistem pernapasan
Frekuensi napas
Bunyi napas : murni/ bising
Kedalaman, Pola napas
Ø Sistem persarapan
Tingkat kesadaran
Pola tingkah laku
Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis
Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis
Ø Sistem musculoskeletal
Gaya berjalan
Persendian
Kesimetrisan
Ø Sistem pencernaan
Bising usus : ada/ tidak, frekuensi
Distensi abdomen : ada/tidak
Mual/ muntah
Ø Sistem eliminasi ( BAB dan BAK )
Frekuensi, konsistensi, bau, warna
e. Faktor Psikososial
·
Tahap
perkembangan anak, kebiasaan di rumah
·
Metode koping
orangtua dan anak
·
Interaksi
orangtua dan anak
f. Pengkajian Keluarga
·
Jumlah anggota
keluarga
·
Pola komunikasi
·
Pola interaksi
·
Pendidikan dan
pekerjaan
·
Kebudayaan dan
keyakinan
·
Fungsi keluarga
g. Pemeriksaan Laboratorium
·
Pemeriksaan
tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula
·
Keseimbangan
asam basa dalam darah
·
Kadar ureum dan
kreatinin ( mengetahui faal ginjal)
·
Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum
(terutama diare yang disertai kejang)
·
Intubasi
duodenum ( mengetahui jenis parasit)
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang volume cairan b.d seringnya buang air besar dan
encer
Tujuan
Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas
normal yang ditandai dengan:
1) Pengeluaran urin sesuai
2) Pengisian kembali kapiler kurang dari 2
detik
3) Turgor kulit elastis
4) Membran mukusa lembab
5) Berat badan tidak menunjukkan penurunan
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji status hidrasi
2. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
3. Monitor tanda-tanda vital
Kolaborasi
4. Pemeriksaan laboratorium sesuai program;
elektrolit, Ht, pH, serum albumin
5. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai
protokol (dengan oralit dan cairan parenteral)
6. Pemberian obat sesuai indikasi
Antidiare
7. Antibiotik
|
1. Indikator langsung status cairan/
perbaikan ketidakseimbangan
2. Menunjukkan status hidrasi keseluruhan
3. Membantu dalam evaluasi derajat defisit
cairan/ keefektifan penggantian terapi cairan dan respon terhadap pengobatan
4. Memberikan informasi tentang hidrasi, fungsi
organ
5. Mengisi/ mempertahankan volume sirkulasi dan
keseimbangan elektrolit
6. Menurunkan kehilangan cairan
7. Mengobati infeksi supuratif lokal
|
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d
menurunnya intake dan menurunnya absorpsi makanan dan cairan
Tujuan
Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang
ditandai dengan:
1) Berat badan dalam batas normal
2) Tidak terjadi kekambuhan diare
Intervensi
|
Rasional
|
1. Timbang berat badan anak setiap hari
2. Monitor pemasukan dan pengeluaran
3. Setelah rehidrasi, berikan minuman oral
dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat
badan anak
4. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
5. Bagi bayi, ASI tetap diteruskan
6. Bila bayi tidak toleran terhadap ASI,
berikan susu formula yang rendah laktosa
|
1. Memberikan informasi tentang diit dan
keefektifan terapi
2. Memberikan informasi tentang kebutuhan
pemasukan/ defisiensi
3. Diit yang tepat penting untuk penyembuhan
4. Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makan
5. Mencegah berkurangnya berat badan lebih
lanjut dan mempercepat penyembuhan
6. Mengurangi malnutrisi
|
3. Kerusakan integritas kulit b.d kurang pengetahuan
Tujuan
Orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat pemahaman orangtua
2. Jelaskan tentang penyakit, pengobatan dan
perawatan
3. Jelaskan tentang pentingnya kebersihan
(misal, cuci tangan)
4. Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol
diare
|
1. Hal ini mempengaruhi orangtua untuk
menguasai tugas dan melakukan tanggung jawab perawatan
2. Memberikan dasar pengetahuan dimana orangtua
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Komunikasi efektif dan dukungan
turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan
3. Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko
infeksi serta iritasi kulit dan jaringan
4. Diit yang tepat penting dalam penyembuhan
|
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Diare merupakan salah satu penyakit utama pada bayi
dan anak di Indonesia. Penanganan diare sangat ditekankan pada pemeliharaan dan
penggantian kehilangan cairan dan elektrolit yang akan menyebabkan berbagai
macam komplikasi yang dapat berujung pada kematian.
4.2. Saran
Usaha pencegahan dan penatalaksanaan diare yang tepat
sangat diperlukan untuk mengurangi angka kesakitan dan angka kematian akibat
diare dan komplikasi yang ditimbulkannya
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen PPM dan
PLP.
Doenges,ME, et all. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC.
M.C.Widjaya. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan
pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka
Subijanto.M.S, et all. (2003). Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Jurnal hal 506. Buletin IKA. Surabaya:
Bagian IKA FK Unair/ RSUD dr. Soetomo Surabaya bekerja sama dengan Yayasan
Penyelenggara Informasi Pediatri.
Staf Pengajar IKA FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian IKA
FK UI.
Suriadi, S.Kp.,Rita Yuliani,S.Kp., (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.1. Jakarta: P.T.
Fajar Intrapratama.
Comments
Post a Comment