Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Pengenalan Tanda Bahaya Bahaya pada Masa Nifas (Post Partum)
SATUAN
ACARA PENYULUHAN
PENGENALAN
TANDA BAHAYA PADA MASA POST PARTUM
Topik :
Pengenalan tanda bahaya pada masa post partum
Sub
Topik : Definisi masa nifas, infeksi masa nifas, faktor predisposisi infeksi masa nifas, terjadinya infeksi masa nifas, tanda
bahaya kala nifas
Tempat :
Puskesmas Ibu Sayang Anak
Hari/tanggal : Senin, 12 Mei 2014. Jam 09.00-09.40.
Waktu :
40 menit
Latar Belakang
![]() |
Ilustrasi Kehamilan |
Pada
wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat
penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil
atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas,
baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Rustam Mochtar, 1998).
Hingga
saat ini penyebab infeksi nifas diantaranya adalah persalinan berlangsung lama
sampai terjadi persalinan terlantar, tindakan operasi persalinan, tertinggalnya
plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah, ketuban pecah dini atau pada
pembukaan masih kecil melebihi 6 jam, keadaan yang dapat menurunkan keadaan
umum yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada sat kehamilan,
malnutrisi, kelelahan, dan ibu hamil dengan penyakit infeksi (Manuaba, 1998).
I.
Analisa
Data
A. Kebutuhan
peserta didik
Di Desa Bojong terdapat beberapa
orang ibu nifas memiliki risiko tinggi terjadinya infeksi pasca nifas.
Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tanda dan gejala bahaya pada masa
nifas, maka dari itu perlu diadakan penyuluhan mengenai Pengenalan tanda bahaya
pada post partum. Dengan penyuluhan ini diharapkan ibu-ibu nifas di desa Bojong
dapat mengenali tanda bahaya pada masa nifas tersebut dan mampu menjaga dirinya
agar terhindar dari tanda dan bahaya pada masa nifas.
B. Karakteristik
peserta didik
Ibu nifas yang berada di desa
Bojong rata-rata berpendidikan SD/SMP dan masih tidak mengetahui tanda dan
bahaya pada setelah melahirkan/masa nifas.
II.
Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan selama 40 menit, Ibu-Ibu mampu mengetahui tentang
tanda-tanda bahaya pada masa nifas di Desa Bojong.
III.
Tujuan
Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan pada Ibu nifas diharapkan klien mampu:
a.
Klien
dapat menjelaskan defenisi dari Masa Nifas dengan Tepat
b.
klien dapat memahami apa
itu Infeksi Masa Nifas dengan Tepat
c.
klien dapat menyebutkan
3 dari 5 Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas dengan Tepat
d.
klien dapat memahami 5
dari 9 Tanda Bahaya Kala Nifas dengan Tepat
IV.
Materi
(Terlampir)
1.
Definisi Masa Nifas
2.
Infeksi Masa Nifas
3.
Faktor Predisposisi
Infeksi Masa Nifas
4.
Terjadinya Infeksi Masa
Nifas
5.
Tanda Bahaya Kala Nifas
V.
Metode
A. Ceramah
B. Tanya
Jawab
VI.
Media
A. Leafleat
B. Power
Point (PPT) Presentation
C. Banner
VII.
Kegiatan
Penyuluhan
TAHAP/
WAKTU
|
KEGIATAN
|
|
PENGAJAR
|
PESERTA
|
|
Pembukaan
5 menit
|
· Mengucapkan salam
· Memperkenalkan diri
· Menjelaskan TIU dan TIK
· Menjelaskan judul materi dan tujuan yang ingin dicapai oleh peserta.
|
· Menjawab salam
· Memperhatikan dan mendengarkan
|
Isi (Penyampaian materi) 20
Menit
|
·
Menjelaskan
definisi masa nifas
·
Menjelaskan
tentang infeksi yang terjadi pada masa nifas
·
Menjelaskan tentang faktor predisposisi infeksi yang terjadi pada masa nifas
·
Menjelaskan tentang terjadinya infeksi masa nifas
·
Menjelaskan tentang tanda bahaya kala nifas
|
· Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan
|
Penutup 15 menit
|
· Memberikan kesempatan peserta untuk bertanya.
· Memberikan kesimpulan materi yang sudah diberikan
· Evaluasi
· Menutup dengan mengucapkan salam
|
· Bertanya
· Mendengarkan
· Menjawab pertanyaan yang diberikan
· Menjawab salam.
|
VIII.
Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a.
Klien bersedia diberi
penyuluhan (100%)
b.
Persiapan materi yang
disampaikan
c.
Persiapan media yang
akan disampaikan
d.
Persiapan klien yang
akan diberi penyuluhan
e.
Kontrak waktu dengan
klien sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a.
klien antusias terhadap
materi yang diberikan
b.
klien tidak
meninggalkan tempat penyuluhan sebelum acara selesai.
c.
klien bertanya dan
menjawab pertanyaan dengan benar
d.
klien dapat menerapkan
materi yang telah didapatkan
3. Evaluasi hasil
a.
Klien
dapat menjelaskan defenisi dari Masa Nifas
b.
klien dapat memahami
bagaimana Infeksi Masa Nifas
c.
klien dapat menyebutkan
3 dari 5 Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
d.
klien dapat memahami 5
dari 9 Tanda Bahaya Kala Nifas
MATERI
TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS
TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS
A.
Definisi Masa Nifas
Masa nifas adalah pulih kembali, mulai dari partus selesai
sampai alat-alat kandungan kembali sebelum hamil, lamanya 6-8 minggu masa nifas
(puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira-kira 6
minggu.
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa post partum
oleh karena itu sangatlah penting untuk membimbing para ibu dan keluarganya
mengenai tanda-tanda bahaya yang menandakan bahwa ia perlu segera mencari
bantuan medis, ibu juga perlu mengetahui kemana ia mencari bantuan tersebut.
Beritahulah ibu jika mengetahui adanya masalah-masalah
berikut, maka ia perlu segera menemui bidan :
1. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian
pembalut dua kali dalam setengah jam)
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati atau masalah
penglihatan.
5. Pembengkakkan diwajah atau di tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau
jika merasa tidak enak badan.
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa
sakit.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9. Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakkan dikaki.
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
atau diri sendiri.
B. Infeksi Masa Nifas
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting
diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi
darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena
sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5°C yang bukan merupakan
keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena
persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan
infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada
semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya
suhu badan melebihi 38°C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama dua hari.
Gambaran Klinis Infeksi Umum dapat dalam bentuk :
1. Infeksi Lokal
a. Pembengkakan luka episiotomi.
b. Perubahan warna lokal.
c. Pengeluaran lochia bercampur nanah.
d. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
e. Temperatur badan dapat meningkat.
2. Infeksi General
a. Tampak Sakit dan Lemah
b. Temperatur meningkat diatas 39°C.
3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4. Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6. Terjadi gangguan involusi uterus.
7. Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
C. Faktor
Predisposisi Infeksi Masa Nifas
1. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi Persalinan
Terlantar
2. Tindakan Operasi Persalinan
3. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
4. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi
enam jam.
5. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan
antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan
dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
D. Keadaan abnormal
pada Rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
1. Sub involusi uteri
Proses involusi
rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan rahim
terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya infeksi
pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah,
atau mioma uteri.
2. Pendarahan masa nifas sekunder
Adalah pendarahan
yang terjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada
endometrium dan terdapat sisa plasenta dan selaputnya.
3. Flegmansia alba dolens
Merupakan salah
satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis.
Gejala kliniknya adalah :
a. Terjadi pembengkakan pada tungkai.
b. Berwarna putih.
c. Terasa sangat nyeri.
d. Tampak bendungan pembuluh darah.
e. Temperatur badan dapat meningkat
E. Keadaan Abnormal
pada Payudara
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah :
1. Bendungan ASI
Disebabkan oleh
penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas
sampai suhu badan meningkat.
2. Mastitis dan Abses Mamae
Infeksi ini
menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, pemadatan mamae dan terjadi
perubahan warna kulit mamae.
F. Tanda-tanda bahaya masa nifas
adalah sebagai berikut:
1.
Perdarahan pasca persalinan (post partum)
Pengertian
:
Perdarahan pasca
persalinan (post partum) adalah perdarahan yang melebihi 500 – 600 ml setelah
bayi lahir (Eny, 2009). Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu :
a. Perdarahan post
partum primer (Early
post partum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa plasenta dan
robekan jalan lahir.
b. Perdarahan post
partum sekunder (Late
post partum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam. Penyebab utamanya adalah sub involusi, infeksi nifas dan
sisa plasenta. Menurut Manuaba (2005), perdarahan post partum merupakan
penyebab penting kematian maternal.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah:
a.
Paritas lebih dari 5
b.
Jarak persalinan pendek kurang dari 2
tahun
c. Persalinan
yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri sebelum waktunya,
pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa (Notoatmodjo, 2008).
Penanganan
:
Untuk mengatasi kondisi ini
dilakukan penanganan umum dengan perbaikan keadaan umum dengan pemasangan
infuse, transfuse darah, pemberian antibiotic, dan pemberian uterotonika. Pada
kegawatdaruratan dilakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 2008).
2.
Lochea yang berbau busuk
Pengertian
:
Lochea adalah
sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Sedangkan
lochea yang berbau busuk adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas yang berupa cairan seperti nanah yang berbau busuk
(Prawirohardjo, 2007).
Faktor penyebab:
Ini terjadi
karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest merupakan bentuk
perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga pengeluaran lochea disertai
darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi perdarahan baru setelah pengeluaran
lochea normal, dan dapat berbau akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi
pemeriksaan dalam terdapat pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau
membrannya. Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan
terlambat (Manuaba, 2008).
Penanganan
:
Tindakan penanganan meliputi
pemasangan infus profilaksis, pemberian antibiotik adekuat, pemberian
uterotonika (oksitosin atau metergin), dan tindakan definitif dengan kuretase
dan dilakukan pemeriksaan patologi-anatomik (Notoatmodjo, 2008).
3.
Pengecilan rahim terganggu (Sub
involusi uterus)
Pengertian
:
Involusi adalah
keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram
saat setelah bersalin menjadi 40-60 gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini
kurang baik atau terganggu disebut sub involusi (Eny, 2009).
Faktor penyebab:
Ini terjadi
karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest merupakan bentuk
perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga pengeluaran lochea disertai
darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi perdarahan baru setelah pengeluaran
lochea normal, dan dapat berbau akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi
pemeriksaan dalam terdapat pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau
membrannya. Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan
terlambat (Manuaba, 2008).
Penanganan
:
Pengobatan dilakukan dengan
memberikan injeksi methergin setiap hari ditambah ergometrin per oral. Bila ada
sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan antibiotika sebagai pelindung infeksi
(Prawirohardjo, 2005).
4.
Nyeri pada perut dan pelvis
Pengertian :
Tanda-tanda nyeri
perut dan pelvis
dapat menyebabkan komplikasi
nifas seperti peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium.
Faktor penyebab:
Peritonitis
nifas bias terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan
bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya pada
kemungkinan bahwa abses pada sellulitis mengeluarkan nanahnya ke rongga
paritonium dan menyebabkan peritonitis (Prawirihardjo, 2007). Gejala klinik
peritonoitis dibagi 2 yaitu :
1) Peritonitis terbatas
pada daerah pelvis
Gejala-gejalanya
tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi
keadaan umum tetap baik. Pada pelvio peritonitis bisa terdapat pertumbuhan abses (Prawirohardjo,
2007).
2) Peritonitis umum
Peritonitis umum
disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen dan merupakan penyakit berat.Suhu
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire. Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica.
Mortalitas peritonitis umum tinggi (Prawirohardjo, 2007).
Penanganan :
Pengobatan dilakukan
dengan pengisapan nasogastrik, pasang infuse intravena, berikan kombinasi
antibiotic sampai ibu tidak demam selama 48 jam ( ampisilin 2 g melalui
intravena setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui
intravena setiap 24 jam, ditambah metronidazol 500 mg melalui intravena setiap
8 jam) (Pamilih, 2006).
5. Pusing
dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda
bahaya pada masa nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol
>140 mmHg dan diastole >110 mmHg).
Lemas yang berlebihan
juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh
kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat,
tekanan darah rendah (sistol <100 mmHg diastole <60 mmHg). Penanganan
gejala tersebut adalah :
Ø Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
Ø Makan dengan diit berimbang untuk mandapatkan
protein, mineral dan vitamin yang cukup.
Ø Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
Ø Pil zat besi
harus diminum untuk
menambah zat setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
Ø Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan kadar vitaminnya pada bayinya.
Ø Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
6. Suhu
tubuh ibu > 380C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan
ibu sedikit baik antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu
adalah normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C
beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah
keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas
(Mochtar, 2002). Penanganan umum bila terjadi demam :
a) Istirahat baring.
b) Rehidrasi peroral atau infuse.
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
d) Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun
tidak jelas gejala syok harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini
dapat memburuk dengan cepat (Prawirohardjo, 2002).
7. Payudara
berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit
Pada masa nifas dapat
terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara (mastitis). Mastitis
bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak
sampai melewati minggu ke 3 atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008).
Gejala awal mastitis
adalah demam yang disertai menggigil, nyeri dan takikardia. Pada pemeriksaan
payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan
disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2008). Penanganan utama mastitis adalah :
a.
Memulihkan
keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu bernanah (abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan
terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif.
b.
Susukan
bayi sesering mungkin.
c.
Pemberian
cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.
d.
Pemberian
antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.
e.
Bila
terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk mengeluarkan
nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar nanah dapat keluar
terus.
8. Perasaan
sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)
Ada kalanya
ibu mengalami parasaan
sedih yang berkaitan dengan bayinya.
Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang
dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan
perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain
itu juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan
(Eny, 2009). Gejala-gejala baby blues antara lain :
a)
Menangis.
b)
Mengalami
perubahan perasaan.
c)
Cemas.
d)
Kesepian.
e)
Khawatir
mengenai sang bayi.
f)
Penurunan
gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu.
Penanganan
bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan, pengobatan psikologis
dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk pengobatan lebih lanjut (tiga
bulan) (Manuaba, 2008).
9. Depresi
masa nifas (depresi postpartum)
Depresi masa nifas
adalah keadaan yang amat serius. Hal ini disebabkan oleh kesibukannya yang
mengurusi anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus
dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny, 2009).
Gejala-gejala depresi masa nifas adalah :
a)
Sulit
tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.
b)
Nafsu
makan hilang.
c)
Perasaan
tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
d)
Terlalu
cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
e)
Tidak
menyukai atau takut menyentuh bayi.
f)
Pikiran
yang menakutkan mengenai bayi
g)
Sedikit
atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
h)
Gejala
fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambarwati, E.R. 2009. Asuhan
Kebidanan Nifas. Jogjakarta :
Mitra Cendikia Press.
Eny. 2009. Asuhan
Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra
Cendikia Press.
Pamilih, Ns. 2006. Manajemen
Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta :EGC.
Prawirohardjo, S.
2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saleha
Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Comments
Post a Comment