Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri
2.1 Definisi Konsep Diri
Konsep
diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalamn unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan
realistis dunia (Stuart, 2006).
Konsep
diri adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan sadar/tidak
sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh. (Kusumawati & Hartono, 2011).
Gangguan
harga diri atau harga diri rendah adalah perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan. (Sujono dan teguh, 2009).
2.2 Komponen-Komponen Konsep Diri
1. Gambaran Diri (Body Image)
Sikap
seseorang terhadap tubuhnya baik secara sadar/tidak sadar. Persepsi dan
perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan, serta potensi tubuh
saat ini dan masa lalu. Jika individu menerima dan menyukai dirinya, merasa
aman dan bebas dari rasa cemas disebut self
esteem meningkat. (Kusumawati &
Hartono, 2011).
Ilustrasi Gangguan Konsep Diri |
2. Ideal Diri (Self
Ideal)
Ideal
diri adalah persepsi individu tentang bagaiman dia seharusnya berprilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Sering
juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang
diri sendiri.
Hal-hal
yang terkait dengan ideal diri meliputi perkembangan awal terjadi pada masa
kanak-kanak, terbentuknya masa remaja melalui proses indetifikasi terhadap
orang tua, guru, dan teman.dipengaruhi oleh orang-orang yang dipandang penting
dalam meberi tuntunan dan harapan serta mewujudkan cita-cita dan harapanpribadi
berdasarkan norma keluarga dan sosial.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi ideal diri yaitu menetapkan ideal diri sebatas kemampuan,
faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain, hasrat melebihi orang
lain, hasrat untuk berhasil, hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistik, hasrat
menghindari kegagalan, dan adanya perasaan cemas dan ideal diri. (Mukhripah, 2012).
3. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas
pribadi adalah prinsip perorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten, dan keunikan individu. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi
merupakan tugas utama pada masa remaja.
Menurut
Sunaryo (2004) Identitas Diri
merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan
penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan
yang utuh. Hal-hal penting yang terkait dengan identitas diri, yaitu:
1) Berkembang
sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri.
2) Individu
yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan memandang dirinya tidak sama
dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
3) Identitas
jenis kelmin berkembang secara bertahap sejak bayi
4) Identitas
jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan perempuan serta banyak
dipengaruhi oleh pandangan maupun perlakuan masyarakat.
5) Kemandirian
timbul dari perasaan berharga, menghargai diri sendiri, kemampuan dan
penguasaan diri.
6) Individu
yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. (dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa Mukhripah, 2012).
4.
Peran
Diri (Self Role)
Menurut Stuart (2006), peran diri
merupakan serangkaian pola perilaku
yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
berbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan
seseorang tidak mempunyai pilihan atau pilih oleh individu.
Menurut Sunaryo
(2004), peran diri adalah pola perilaku,
sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di
masyarakat. Setiap individu disibukan oleh berbagai macam peran yang terkait
dengan posisinya.
Hal-hal yang penting terkait dengan
peran diri, yaitu :
1)
Peran dibutuhkan
individu sebagai aktualisasi diri.
2) Peran
yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri yang
tinggi atau sebaliknya.
3) Posisi
individu di masyarakat dapat menjadi dapat menjadi stresor terhadap peran
4) Stres
peran timbul karena struktur sosia yang menimbulkan kesukaraan atau tuntutan
posisi yang tidak mungkin dilaksanakan
5) Stress
peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak
sesuai dan peran yang terlalu banyak
atau lebih. (dalam buku Asuhan
Keperawatan Jiwa Mukhripah,
2012).
5.
Harga
Diri (Self Esteem)
Harga diri merupakan penilaian
individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa
sesuai perilaku dirinya dengan
ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan
diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan keslahan, kekalahan dan kegagalan
tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2006).
Menurut Sunaryo (2004) aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi,
dikasihi orang lain dan mendapat perhargaan diri orang lain. (dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa Mukhripah,
2012).
2.3 Rentang Respon Konsep Diri
Konsep diri merupapakan
aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri
yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penegasan lingkungan. Konsep diri yang
negatif dapat dilihat dari berhubungan individu dan sosial yang maladaptif.
Rentang respon individu terhadap konsep dirinya terdiri
atas 5 hal yaitu:
Aktualisasi diri
adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengelaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
Konsep diri positif
merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi
citra diri, harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara
positif. Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu yang
sukses.
Harga diri rendah
merupakan perasaaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk hilang percaya
diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.
Adapun perilaku yang berhubungan dengan haraga diri yang rendah yaitu
mengkritik diri sendiri dan/atau orang lain, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan,
perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya
sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik
diri atas realitas.
Kerancuan identitas
merupakan suatu kegagalan indivindu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis. Adapun perilaku yang terkait dengan kerancauan identitas yang tidak
ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal
eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, keluhan
fisik, tingkat ansietas yang tinggi, ketidakmampuan untuk empati terhadap orang
lain.
Depersonalisasi
merupakan suatu perasaan yang tidak realitis dimana klien tidak dapat
membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu mengalami kesulitan
untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa
tidak nyata dan asing baginya. (dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa Mukhripah, 2012).
2.4 Ciri-Ciri Kepribadian Yang Sehat
Ø Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami
hal-hal berikut:
1.
Citra tubuh yang
positif dan sesuai.
2.
Ideal diri yang
realistik.
3.
Konsep diri yang
positif.
4.
Harga diri yang
tinggi.
5.
Penampilan peran
yang memuaskan.
6.
Rasa identitas
yang jelas.
Ø Pandangan
atau penilaian terhadap diri adalah sebagai berikut:
1. Ketertarikan.
2. Talenta dan keterampilan.
3. Kemampuan.
4. Kepribadian-pembawaan.
5. Persepsi
terhadap moral yang dimiliki.
Ø Terhadap
beberapa pembentukan konsep diri, yaitu sebagai berikut:
1. Terkait dengan proses yang
kompleks.
2. Terkiat
perkembangan psikososial (erikson).
3. Terkait
perkembangan kognitif.
4. Pengetahuan
sosial (social reinforcement).
5. Pengetahuan
budaya (cultural reinforcement).
6. Spiritual.
7. Hasil hubungan dengan
diri kita.
8. Hubungan dengan orang
lain.
9. Pengalaman.
2.5 Perkembangan Konsep Diri
Berdasarkan Usia
Setiap manusia
mengalami tumbuh dan kembang, dimana dalam perkembangan manusia akan mengalami
perubahan sesuai dengan usianya. Di bawah ini adalah tahap perkembangan konsep
diri manusia sesuai dengan tahapan umur manusia.
Ø Usia 0-1 Tahun
Trust.
Berhubungan
dengan lingkungan.
Ø Usia 1-3 tahun
Belajar
dan mengontrol bahasa.
Mulai
beraktivits mandiri dan otonomi.
Menyukai
diri sendiri.
Menyukai
tubuh sendiri.
Ø Usia 3-6 tahun
Berinisiatif.
Mengenal
jenis kelamin.
Meningkatkan
kesadaran diri.
Meningkatkan
kemampuan bahasa.
Ø Usia 6-12 tahun
Berhubungan
dengan kelompok sebaya.
Tumbuh
harga diri dengan kemampuan baru yang dimiliki.
Menyadari
kekurangan dan kelebihan.
Ø Usia 12-20 tahun
Menerima
perubahan-perubahan.
Eksplorasi
tujuan dan masa depan.
Merasa
positif pada diri sendiri.
Memahami
hal-hal terkait seksualitas.
Ø Usia 20-40 tahun
Hubungan
yang intim dengan pasangan, keluarga, dan orang-orang terpenting.
Stabil.
Positif
pada diri sendiri.
Ø Usia 40-60
Dapat
menerima kemunduran.
Mencapai
tujuan hidup.
Menunjukan
proses penuaan.
Ø Usia 60 tahun keatas
Perasaan
positif, menemukan makna hidup.
Melihat
kepada kelanjutan keturunannya.
2.6 Stressor Pencetus, Sumber Koping
Dan Mekanisme Koping Konsep Diri
A. Stressor
Pencetus
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber
internal dan eksternal:
1)
Trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.
2)
Ketegangan peran
berhubungan dengan peran atau yang diharapkan di mana individu mengalaminya
sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
a.
Transisi peran
perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian
diri.
b.
Transisi peran
situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
c.
Transisi peran
sehat-sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit. Transisi
ini mungkin dicetuskan oleh:
-
Kehilangan
bagian tubuh.
-
Perubahan
ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi.
-
Perubahan fisik
berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
-
Prosedur medis
dan keperawatan.
B.
Sumber-Sumber
Koping
Semua orang, betapa pun terganggunya perilaku, tetap
mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin meliputi:
-
Aktivitas
olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
-
Hobi dan
kerajinan tangan
-
Seni dan
ekspresif
-
Kesehatan dan
perawatan diri
-
Pekerjaan,
vokasi atau posisi
-
Bakat tertentu
-
Kecerdasan
-
Imaginasi dan
kreativitas
-
Hubungan
intrapersonal
C.
Mekanisme Koping
Individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda
untuk mengatasi stress. Proses koping terhadap stress menjadi pedoman untuk
mengatasi reaksi stress. Koping sebagai proses dimana individu mencoba untuk
mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan itu yang
berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan
sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh stress (Gustiarti, 2002).
Mekanisme koping terdiri dari pertahanan jangka pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Mekanisme koping
pada klien dengan gangguan konsep diri dibagi menjadi dua yaitu:
a.
Koping Jangka
Pendek
1)
Aktivitas yang memberikan
pelarian sementara dari krisis identitas diri (misal: konser musik, bekerja
keras, menonton televisi secara obsesif).
2)
Aktivitas yang
dapat memberikan identitas pengganti sementara (misal: ikut serta dalam
aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok atau geng).
3)
Aktivitas yang
secara sementara menguatkan perasaan diri (misal: olahraga yang kompetitif,
pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas.
4)
Aktivitas yang
mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang
berarti dalam kehidupan individu (misal: penyalahgunaan obat)
b.
Pertahanan
jangka panjang termasuk berikut ini:
1)
Penutupan
identitas merupakan adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri
individu tersebut.
2)
Identitas negatif
merupakan asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi, isolasi, projeksi, pergeseran (displacement), peretakan (splitting),
berbalik marah terhadap diri sendiri dan amuk (Stuart, 2006).
c.
Mekanisme
pertahanan ego, yang sering dipakai :
1)
Fantasi,
kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada (dimiliki) untuk
menciptakan tanggapan baru
2)
Disosiasi,
respon yang tidak sesuai dengan stimulus
3)
Isolasi,
menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan
4)
Projeksi,
kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain
5)
Displacement,
mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang yang kurang mengancam
dan kurang menimbulkan reaksi emosi.
2.7 Diagnosa Keperawatan Konsep Diri
Masalah-masalah konsep
diri berkaitan dengan perasaan-perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa bersalah.
perasaan ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkuler bagi
individu yang dapat menimbulkan respons koping maladaftif yang paling hebat.
Respons dapat terlihat dalam berbagai pengalaman yang mengancam integritas
fisik dan integritas sistem seseorang.
Diagnosa yang mungkin
muncul sebagai berikut:
Penyesuaian, kerusakan Defisit perawatan diri
Ansietas Gangguan
harga diri*
Gangguan citra tubuh* Perubahan
sensori/persepsi
Komunikasi, kerusakan
verbal Pola seksualitas,
perubahan
Koping, Individu
inefektif Interaksisosial,
kerusakan
Gangguan penyaluran
energi Isolasisosial
Berduka, disfungsi Spiritual
Keputusasaan Kesejahteraan spiritual, potensial
Gangguan identitas
personal* Untuk ditingkatkan
Ketidakberdayaan Proses pikir,
perubahan
Penampilan peran,
perubahan* Amuk, resiko terhadap
*Diagnosa
keperawatan utama untuk perubahan konsep diri
2.8 Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Konsep Diri
A. Pengkajian
1.
Faktor
predisposisi
a)
Faktor
yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis
b)
Faktor
yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan
c)
Faktor
yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak,
tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah
2.
Faktor
Presipitasi
Menurut Sunaryo
(2004) faktor prepitasi meliputi:
1)
Konflik peran terjadi apabila peran yang
diinginkan individu, sedang diduduki orang lain.
2)
Peran yang tidak jelas terjadi apabila
individu diberikan peran yang kabur, sesuai perilaku yang diharapkan.
3)
Peran yang tidak sesuai terjadi apabila
individu dalam proses peralihan mengubah nilai dan sikap.
4)
Peran berlebihan terjadi jika seseorang
individu memiliki banyak peran dalam kehidupannya.
Menurut
Stuart (2006) stressor pencetus juga
dapat berasal dari sumber internal atau eksternal seperti :
1) Trauma
seperti penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan
2) Ketegangan
peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
a)
Transisi peran perkembangan
b)
Transisi peran situasi
c)
Transisi peran sehat-sakit
3.
Perilaku
Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang objektif dan dapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang objektif dan dapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Perilaku
dengan harga diri yang rendah
1. Mengkritik diri sendiri atau orang
lain
2. Produktifitas menurun
3. Destruktif pada orang lain
4. Gangguan berhubungan
5. Merasa diri lebih penting
6. Merasa tidak layak
7. Rasa bersalah
8. Mudah marah dan tersinggung
9. Perasaan negatif terhadap diri
sendiri
|
1. Pandangan hidup yang pesimis
2. Keluhan – keluhan fisik
3. Pandangan hidup terpolarisasi
4. Mengingkari kemampuan diri sendiri
5. Mengejek diri sendiri
6. Mencederai diri sendiri
7. Isolasi sosial
8. Penyalahgunaan zat
9. Menarik diri dari realitas
10. Khawatir
11. Ketegangan peran
|
Perilaku dengan Identitas kacau
1. Tidak mengindahkan moral
2. Mengurangi hubungan interpersonal
3. Perasaan kosong
4. Perasaan yang berubah – ubah
5. Kekacauan identitas seksual
6. Kecemasan yang tinggi
|
1. Tidak mampu berempati
2. Kurang keyakinan diri
3. Mencintai diri sendiri
4. Masalah hubungan intim
5. Ideal diri tidak realistik
|
Perilaku dengan Depersonalisasi
Afek
|
1. Identitas hilang
2. Asing dengan diri sendiri
3. Perasaan tidak aman, rendah diri,
takut, malu
4. Perasaan tidak realistik
5. Merasa sangat terisolasi
|
Persepsi
|
1. Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
2. Tidak yakin akan jenis kelaminnya
3. Sukar membedakan diri dengan orang
lain
|
Kognitif
|
1. Kacau
2. Disorientasi waktu
3. Penyimpangan pikiran
4. Daya ingat terganggu
5. Daya penilaian terganggu
|
Perilaku
|
1. Afek tumpul
2. Pasif dan tidak ada respon emosi
3. Komunikasi tidak selaras
4. Tidak dapat mengontrol perasaan
5. Tidak ada inisiatif dan tidak
mampu mengambil keputusan
6. Menarik diri dari lingkungan
7. Kurang bersemangat
|
4.
Mekanisme
Koping
Jangka
Pendek
|
Jangka
Panjang
|
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari
krisis: pemakaian obat–obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus
|
1. Menutup Identitas: terlalu
cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang–orang yang berarti,
tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
|
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: (ikut kelompok
sosial, keagamaan, politik)
|
2. Identitas Negatif: Asumsi yang bertentangan dengan
nilai dan harapan masyarakat
|
3. Kegiatan yang memberi dukungan
sementara: (kompetisi olah raga kontes popularitas)
|
|
4. Kegiatan mencoba menghilangkan
anti identitas sementara: (penyalahgunaan obat – obat)
|
Mekanisme pertahanan ego yang sering
digunakan adalah: fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah
berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
B. Masalah Keperawatan
Masalah gangguan konsep diri
berhubungan dengan rasa bersalah sering menimbulkan kekacauan dan mengakibatkan
respon koping yang maladaptif. Respon ini dapat dilihat bervariasi pada
berbagai individu, yang mengalami ancaman integritas diri atau harga diri.
Masalah keperawatan dan contoh diagnosa keperawatan lengkap yang berkaitan
dengan gangguan konsep diri, lihat tabel berikut ini.
Masalah keperawatan yang
berhubungan dengan konsep diri
Masalah keperawatan uatama
|
Contoh diagnosa keperawatan yang
lengkap
|
1.
Gangguan gambaran diri
|
1.
Gangguan
gambaran diri berhubungan dengan harga diri rendah
2.
Gangguan
gambaran diri berhubungan dengan defisit perawatan diri
|
2.
Gangguan identitas diri
|
1.
Gangguan
identitas diri berhubungan dengan perubahan penampilan peran
2.
Gangguan
identitas berhubungan dengan keracunan obat yang dimanifestasika dengan
control impuls yang kacau dan hilang
|
3.
Gangguan penampilan peran
|
1.
Gangguan
penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
|
4.
Gangguan harga diri
|
1.
Harga diri
rendah berhubungan dengan ideal diri yang tidak realistik
2.
Harga diri
rendah berhubungan dengan ideal diri terlalu tinggi
|
C.
Perencanaan
Tindakan Keperawatan
1.
Tujuan
Umum
Meningkatkan
aktualisasi diri klien dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan, menyadari
potensi sambil mencari kompensasi ketidakmampuan
2.
Tujuan
Khusus
Klien
dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan massalaha yang
berhubungan dengan konsep diri daan membantu klien agar lebih mengerti akan
dirinya secara tepat
3.
Tindakan
Keperawatan
Tindakan
keperawatan membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan
perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan
perubahan perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tindakan
yang bertahap sebagai berikut:
a. Memperluas kesadaran diri: Tahap
memperluas kesadaran diri
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Membina hubungan saling percaya
|
Sikap perawat yang terbuka dapat mengurangi perasaan
terancam dan membantu klien menerima semua aspek dirinya
|
1. Menerima klien apa adanya
2. Dengarkan klien
3. Dorong klien mendiskusikan pikiran
dan perasaannya
4. Respon yang tidak mengadili
5. Katakan bahwa klien adalah
individu yang berharga, bertanggung jawab dan dapat menolong diri sendiri
|
Bekerja dengan kemampuan yang dimiliki klien
|
Tingkat kemampuan menilai realitas dan control diri
diperlukan sebagai landasan Asuhan Keperawatan
|
1. Identitas kemampuan klien
2. Arahkan klien sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
3. Meyakinkan identitas klien
4. Beri dukungan untuk menurunkan
panik
5. Pendekatan tanpa menuntut
6. Menerima dan mengklarifikasikan
komunikasi verbal dan non verbal
7. Cegah klien mengisolasi diri
8. Ciptakan kegiatan rutin (ADL)
9. Buat batasan perilaku yang tidak
pantas
10. Orientasikan klien ke dunia yang nyata
11. Beri pujian pada perilaku yang
tepat
12. Tingkatkan kegiatan dan tugas
secara bertahap untuk menimbulkan pengalaman positif
|
b. Menyelidiki diri; Membantu
klien menyelidiki diri
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Bantu klien menerima perasaan dan pikirannya
|
Dengan menunjukkan sikap menerima perasaan dan pikiran
klien, maka klien akan melakukan hal yang sama
|
1. Motivasi klien mengekspresikan
emosi, keyakinan perilaku dan pikirannya
2. Gunakan komunikasi terapeutik dan
empati
3. Catat pikiran yang logis,
observasi respon emosi
|
Menolong klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya
dengan orang lain secara terbuka
|
Keterbukaan persepsi diri adalah awal untuk merubah
suasana sepi dan dapat mengurangi ansietas
|
1. Tumbuhkan persepsi klien terhadap
kekuatan dan kelemahannya
2. Bantu klien menurunkan self
idealnya
3. Bantu klien menjelaskan
hubungannya dengan orang lain
|
Menyadari dan mengontrol perasaan perawat
|
Kesadaran diri akan membantu penampilan model perilaku dan
membatasi efek negative dalam berhubungan dengan orang lain
|
1.
Sadari
perasaan sendiri baik perasaan negatif dan positif dalam berhubungan
|
Empati pada klien, tekankan bahwa kekuatan untuk berubah
ada pada klien
|
Rasa empati dapat menguatkan pandangan klien memahami
perasaan orang lain
|
1. Gunakan respon empati dan
observasi apakah perasaan perawat simpati atau empati
2. Jelaskan bahwa klien berguna dalam
memecahkan masalahnya
3. Libatkan keluarga dan kelompok
menyelidiki diri klien
4. Bantu klien mengenal konflik dan
koping maladaptif
|
c. Mengevaluasi diri: Mambantu
klien mengevaluasi diri
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Membantu klien mengidentifikasi masalahnya secara jelas
|
Setelah mengetahui masalah dengan jelas alternative
pemecahan dapat dibuat klien
|
1. Bersama klien identifikasi
stressor dan bagaimana penilaiannya
2. Jelaskan bahwa keyakinan klien
mempengaruhi perasaan dan perilakunya
|
Kaji respon koping adaptif dan maladaptif klien terhadap
masalah yang dihadapi
|
Dengan mengetahui koping yang dipilih klien dapat
mengevaluasi konsekwensi positif dan negatif
|
1. Bersama klien mengidentifikasi
2. Keyakinan, ilusi, tujuan yang
tidak realistik
3. Identifikasi kekuatan klien
4. Tunjukkan konsep sukses dan gagal
dalam persepsi yang cocok
5. Teliti sumber koping yang
digunakan klien
6. Uraikan pada klein bahwa respon
koping dapat dipilih dengan bebas dan mempunyai dampak positif maupun negatif
7. Bersama klien mengidentifikasi
respon koping yang maladaptif
8. Komunikasi yang memfasilitasi
konfrontasi yang mendukung
9. Klarifikasi peran
|
d. Membuat perencanaan yang realistik: Membantu
klien membuat rencana yang realistik
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Bantu klien mengidentifikasi pemecahan masalah
|
Jika semua alternative sudah dievaluasi, perubahan menjadi
efektif
|
1. Jelaskan bahwa yang dapat merubah
dirinya adalah klien bukan orang lain
2. Bantu keyakinan dan ide klien ke
dalam kenyataan
3. Gunakan lingkungan membantu
keyakinan klien jadi konsisten
|
Bantu klien mengkonsep tujuan yang realistik
|
Dengan tujuan yang jelas dapat merubah harapan yang
diinginkan
|
1. Bantu klien merumuskan tujuan
2. Bantu klien untuk menetapkan perubahan
yang diinginkan
3. Anjurkan klien menggunakan
pengalaman baru untuk mengembangkan potensinya
4. Gunakan role model, role play,
visualisasi dan redemonstrasi yang sesuai
|
e. Bertanggung jawab dalam
bertindak
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Mengeksplorasi
koping adaptif dan maladaptif klien dalam memecahkan masalahnya
|
Sangat
penting bagi klien mengetahui koping yang digunakan dalam pemecahan
masalahnya baik yang negatif maupun yang poitif
|
1. Beri kesempatan klien untuk memilih
koping yang ingin digunakan dan konsekwensinya
2. Bantu klien mengidentifikasi
keuntungan kerugian mekanisme koping yang dipilih
3. Diskusikan bila klien memilih
mekanisme koping negative berikut konsekuensinya
4. Berikan dukungan positif untuk
mempertahankan kemajuannya
|
Untuk meningkatkan penerimaan klien
secara unuk di dalam keluarga, diperlukan pendidikan kesehatan mental yang
dapat dilihat pada table berikut ini
Pendidikan kesehatan mental bagi keluarga
Tujuan
|
Kegiatan Instruksional
|
Evaluasi
|
Menegaskan konsep keunikan anggota keluarga
|
Diskusikan keunikan masing–masing anggota keluarga. Bantu
klien mengidentifikasikan tingkat kemampuannya di antar anggota keluarga
|
Klien dapat mengidentifikasi fungsi keluarga
|
Uraikan karakteristik perpaduan emosi
|
Analisa tipe dan pola hubungan dalam keluarga. Gunakan
kertas dan pensil untuk menggambarkan pola keluarga
|
Klien menguraikan pola hubungan dalam keluarga
Klien mengidentifikasi peran dan perilakunya
|
Diskusikan pembentukan dan pelaksanaan peran dalam keluarga
|
Sintesa dinamika keluarga dan manifestasi stress pasien,
akan mendorong komunikasi dalam keluarga
|
Klien menyadari kontribusi keluarga terhadap stress masing-masing
anggota
|
D.
Rencana Tindakan
Keperawatan
Pada makalah ini akan diuraikan tindakan keperawatan pada 2
(dua) diagnosa, yaitu:
1. Perubahan penampilan peran
berhubungan dengan harga diri rendah
2. Gangguan harga diri : harga diri
rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
Rencana Tindakan Keperawatan pada:
1. Diagnosa : Perubahan penampilan peran
berhubungan dengan harga diri rendah
a. Tujuan Umum:
Klien
dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya
b. Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klian dapat menilai kemampuan yang dapat
dilakukan
4) Klien dapat menetapkan (merencanakan)
kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit dan kemampuan
6) Klien dapat memanfaatkan system
pendukung yang ada
c. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
-
Salam terapeutik
-
Perkenalkan diri
-
Jelaskan tujuan interaksi
-
Ciptakan lingkungan yang tenang
-
Buat kontrak yang jelas (apa yang akan dilakukan/dibicarakan,
waktu)
·
Beri kesemapatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang
penyakit yang diderita
·
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
·
Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2) Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih
berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif
(keluarga, lingkungan) yang dimiliki klien. Jika klien tidak mampu
mengidentifikasi, maka dimulai oleh perawat memberi “Reinforcement” (pujian
terhadap aspek positif klien)
3) Setiap bertemu klien, hindarkan
memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
4) Diskusikan dengan klien kemampuan
yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya: penampilan klien dalam
“self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan
gangguan fisik yang dialami klien
5) Diskusikan pula kemampuan yang dapat
dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
6) Rencanakan bersama klien aktifitas
yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
8) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan (sering klien takut melaksanakannya)
9) Beri kesempatan pada klien untuk
mencoba kegiatan yang telah direncanakan
10) Beri pujian atas keberhasilan klien
11) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di
rumah
12) Berikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
13) Bantu keluarga memberi dukungan
selama klien dirawat
14) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan
di rumah
d. Hasil Yang Diharapkan:
1) Klien mengungkapkan perasaannya
terhadap penyakit yang diderita
2) Klien menyebutkan aspek positif dan
kemampuan dirinya ( fisik, intelektual, system pendukung )
3) Klien berperan serta dalam perawatan
dirinya
4) Percaya diri klien dengan menetapkan
keinginan atau tujuan yang realistis
2. Diagnosa : Gangguan harga diri :
harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
a. Tujuan Umum:
Klien
menunjukkan pengingkatan harga diri
b. Tujuan Khusus:
1) Klien dapat meningkatkan keterbukaan
dan hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi
perubahan citra tubuh
3) Klien dapat menilai kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
4) Klien dapat menerima realita
perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
5) Klien dapat menyusun rencana cara –
cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
6) Klien dapat melakukan tindakan
pengembalian integritas tubuh
c. Tindakan keperawatan:
1) Bina hubungan saling percaya
-
Salam terapeutik
-
Komunikasi terbuka, jujur, empati
-
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan klien terhadap
perubahan tubuh
-
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
-
Lakukan kontrak untuk program Asuhan Keperawatan (pendidikan
kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan)
2) Diskusikan perubahan struktur, bentuk
atau fungsi tubuh
3) Observasi ekspresi klien pada saat
diskusi
4) Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien (tubuh, intelektual, keluarga) oleh klien di luar
perubahan yang terjadi
5) Setiap bertemu klien, hindarkan
memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistic
6) Beri pujian atas aspek posirtif dan
kemampuan yang masih dimiliki klien
7) Dorong klien untuk merawat diri dan
berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap
8) Libatkan klien dalam kelompok klien
dengan masalah gangguan citra tubuh
9) Tingkatkan dukungan keluarga pada
klien terutama pasangan
10) Diskusikan cara–cara (booklet, leaflet
sebagai sumber informasi) yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
11) Dorong klien memilih cara sesuai bagi
klien
12) Bantu klien melakukan cara yang
dipilih
13) Membantu klien mengurangi perubahan
citra tubuh. Misalnya : protesa untuk bagian tubuh tertentu, tongkat
14) Rehabilitasi bertahap bagi klien
15) Diskusikan dengan klien kemampuan
yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya: penampilan klien dalam
“self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan
gangguan fisik yang dialami klien
16) Diskusikan pula kemampuan yang dapat
dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit klien.
17) Rencanakan bersama klien aktifitas
yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
18) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
19) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan (sering klien takut melaksanakannya)
20) Beri kesempatan pada klien untuk
mencoba kegiatan yang telah direncanakan
21) Beri pujian atas keberhasilan klien
22) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di
rumah
23) Berikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
24) Bantu keluarga memberi dukungan
selama klien dirawat
25) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan
di rumah
d. Hasil Yang Diharapkan :
1) Klien menerima perubahan tubuh yang
terjadi
2) Klien memilih beberapa cara mengatasi
perubahan yang terjadi
3)
Klien adaptasi dengan cara–cara yang dipilih dan digunakan
Sumber:
Damaiyanti, Mukhripah, and Iskandar. 2012. Asuhan
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
Kusumawati, Farida, and Yudi
Hartono. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan
Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Tyo, Sulis. 2013. "Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep
Diri." Blogspot.com. Juli 7. Accessed Maret 20, 2014.
http://lebah-kreatif.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-gangguan-konsep-diri.html.
Comments
Post a Comment