Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Kanker Paru
A.
Definisi Kanker Paru
Kanker
paru (karsinoma bronkogenik) merupakan tumor ganas paru primer dari saluran
nafas. (Alsagaff,
1995)
Terjadinya
kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus
didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa
prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk
epitel dan menghilangnya silia.
Karsinoma
bronkogenik atau yang biasa disebut kanker paru adalah tumor maligna yang
timbul dari bronkus, tumor seperti ini adalah epidermoid, biasanya terletak
dalam bronki yang besar atau mungkin adenokarsinoma yang timbul jauh diluar
paru. (Rahayu, 2012)
Kanker
paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam
paru (Underwood, Patologi (2000) dikutip dari blog Purwono Ndjawa, 2010).
B. Klasifikasi
Kanker Paru
Kanker paru-paru secara luas
diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu small cell lung cancer (SCLC) dan
non-small cell lung cancer (NSCLC). Klasifikasi ini didasarkan pada gambaran
sel-sel tumor di bawah mikroskop. 2 jenis kanker paru-paru ini berkembang, menyebar, dan
ditangani dengan cara yang berbeda (Anonim, 2013) . Oleh karena itu
penting untuk membedakan kedua jenis ini.
1. Small Cell lung Cancer (SCLC)
SCLC
terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus kanker paru-paru. SCLC merupakan jenis kanker paru-paru
yang paling agresif dan berkembang cepat. SCLC berhubungan erat dengan
kebiasaan merokok, dengan hanya 1% dari seluruh kasus terjadi pada penderita
yang bukan perokok. SCLC cepat menyebar ke beberapa area dalam tubuh dan paling
sering ditemukan setelah kanker menyebar luas.
2. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
NSCLC
merupakan jenis kanker paru-paru yang paling umum terjadi, yaitu terhitung
sekitar 80% dari seluruh kasus kanker paru-paru. NSCLC memiliki 3 jenis utama
yang diberi nama berdasarkan jenis sel yang ditemukan dalam tumor.
a. Adenocarcinomas
Merupakan jenis NSCLC yang paling
umum terjadi, sekitar 30–40 % dari seluruh kasus NSCLC. Jenis ini terutama
terjadi pada wanita dan mereka yang tidak merokok. Sebagian besar kasus
adenocarcinomas tumbuh di daerah tepi atau bagian luar paru-paru. Jenis ini
memiliki kecenderungan untuk menyebar ke limfe (kelenjar getah bening) dan
daerah yang jauh dari paru-paru. Bronchioloalveolar carcinoma merupakan sub
jenis dari adenocarcinoma yang sering terjadi pada beberapa tempat dalam
paru-paru dan menyebar ke dinding alveolus (gelembung tipis yang merupakan
bagian akhir dari saluran pernfasan dan merupakan tempat terjadinya pertukaran
udara). Pada thorax X-ray (foto roentgen dada) gambarannya terlihat seperti
pneumonia (peradangan pada paru-paru, dimana alveolus yang berfungsi menyerap
oksigen terisi dengan cairan).
b. Squamous cell carcinomas
Jenis ini awalnya lebih umum terjadi
dibandingkan dengan adenocarcinomas, saat ini terhitung sekitar 30% dari
seluruh kasus NSCLC. Squamous cell carcinomas dikenal juga dengan nama
epidermoid carcinomas. Squamous cell carcinomas paling sering tumbuh di daerah
pusat paru-paru, yaitu bronkus (percabangan terbesar dari trakea (batang
tenggorok) yang menuju ke paru-paru), paling sering menyebar ke seluruh bagian
paru-paru, berkembang cukup besar dan membentuk lubang.
c.
Large cell carcinomas
Terkadang disebut juga
undifferentiated carcinomas, merupakan jenis NSCLC yang paling jarang terjadi,
terhitung 10%-15% dari seluruh kasus kanker paru-paru. Jenis ini memiliki
kecenderungan yang tinggi untuk menyebar ke limfe (kelenjar getah bening) dan
daerah yang jauh dari paru-paru.
d.
Mixed tumor (tumor campur)
Pada
jenis ini tampak campuran dari beberapa jenis NSCLC yang berbeda.
Beberapa jenis kanker lainnya dapat tumbuh dalam paru-paru. Jenis ini lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan SCLC dan NSCLC, dengan total keseluruhan hanya 5 – 10 %
dari seluruh kasus kanker paru-paru.
a. Bronchial carcinoids
Tumor
ini umumnya berukuran kecil (3 – 4 cm) ketika didiagnosis dan paling sering
terjadi di bawah usia 40 tahun, dan tidak berhubungan dengan kebiasaan merokok.
Carcinoid dapat bermetastasis dan sebagian kecil dari tumor ini mengeluarkan
substansi yang menyerupai hormon. Carcinoid umumnya berkembang dan menyebar
lebih lambat dibandingkan dengan bronchogenic cancers (SCLC dan NSCLC).
Sebagian diantaranya dideteksi dini sehingga cukup memungkinkan untuk dibuang
dengan cara operasi.
b. Kanker pada jaringan ikat paru-paru,
seperti otot polos atau pembuluh darah, serta sel-sel yang terlibat dalam
respon imun tubuh.
Seperti yang pernah didiskusikan dalam topik-topik
sebelumnya, penyebaran kanker yang berasal dari bagian tubuh lainnya sering
ditemukan pada paru-paru. Tumor ini dapat menyebar ke paru-paru melalui aliran
darah, kelenjar limfe, atau secara langsung dari organ terdekat. Tumor ini
biasanya multipel, tersebar di seluruh bagian paru-paru, dan lebih
terkonsentrasi di bagian luar daripada di pusat paru-paru.
C. Stadium Kanker Paru
Stadium kanker paru-paru mengacu
pada tingkatan seberapa jauh tumor menyebar dalam tubuh. Penentuan stadium kanker paru-paru melibatkan evaluasi ukuran tumor
serta ada tidaknya metastasis pada limfe (kelenjar getah bening) atau organ
lain. Penentuan stadium sangat penting untuk menentukan bagaimana tumor
tertentu harus ditangani. Penentuan stadium juga sangat penting untuk
memperkirakan prognosis, dimana stadium yang lebih tinggi memiliki prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan stadium yang lebih rendah. (Anonim, 2013)
Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC),
stadium ditentukan berdasarkan keparahannya:
1. Stadium I, kanker terbatas pada paru-paru
2. Stadium II dan III, kanker mungkin
telah menyebar ke limfe (kelenjar getah bening)
3. Stadium IV, kanker telah menyebar
keluar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya.
Small Cell Lung Cancer (SCLC), stadium menggunakan sistem
berjenjang :
1. Limited Stage (LS), kanker terbatas
pada daerah asalnya dalam paru-paru dan menyebar ke limfe (kelenjar getah
bening)
2.
Extensive Stage (ES), kanker telah menyebar ke bagian tubuh
yang jauh dari paru-paru
D.
Manifestasi Klinis
1.
Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan
yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2.
Gejala umum.
1.
Lokal
(tumor tumbuh setempat) :
·
Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang
disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk
sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
·
Hemoptisis (batuk darah)
Sputum bersemu darah karena sputum
melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
· Mengi (wheezing, stridor)
Kanker bisa menyebabkan bunyi mengi
karena terjadi penyempitan saluran udara di dalam atau di sekitar tempat
tumbuhnya kanker. Obstruksi bronkus bisa menyebabkan kolaps pada bagian
paru-paru yang merupakan percabangan dari bronkus tersebut, keadaan ini disebut
ateleksis. Akibat lainnya adalah pnemonia dengan gejala berupa batuk, demam,
nyeri dada dan sesak nafas.
· Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
Orang dengan kanker paru-paru dapat
mengalami sesak napas jika kanker berkembang untuk menutup saluran udara yang
utama.
·
Atelaksis
Pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang dangkal.
2.
Invasi lokal :
·
Nyeri dada
Jika dinding
tumbuh ke dalam dinding dada, dapat menyebabkan nyeri dada yang menetap.
·
Dispnea karena efusi pleura
Hal ini dapat menyebabkan cairan
menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-paru di rongga dada (ruang pleura).
·
Invasi ke
perikardium terjadi tamponade atau aritmia
·
Sindrom vena cava superior
Obstruksi dan aliran yang lambat
menyebabkan tekanan vena meningkat dan inilah yang menyebabkan timbulnya edema
interstisial dan alirandarah kolateral membalik (retrograde collateral
flow).Obstruksidapat disebabkan oleh proses dari luar yang menyebabkan
terjadinyapenekanan (kompresi) terhadap vena tetapi dapat juga terjadi karena
proses didalam vena, misalnya munculnya trombosis.
·
Suara serak
Peningkatan
penekanan pada saluran udara di dalam atau disekitar tempat timbulnya kanker. Kanker
bisa tumbuh di puncak paru-paru sehingga kerusakan juga bisa terjadi pada saraf
termasuk saraf pita suara sehingga suara penderita menjadi serak.
·
Sulit / sakit menelan
Kanker bisa tumbuh secara langsung ke
dalam kerongkongan, atau tumbuh didekat kerongkongan, sehingga terjadi gangguan
menelan.
·
Benjolan di pangkal
leher
·
Sembab muka dan leher,
kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
3.
Gejela Penyakit Matestatis
·
Pada otak,
tulang, hati, adrenal
Melebarnya
kanker paru kebagian otak, tulang, hati dan adrenal menyebabkan gangguan pada
daerah tersebut seperti
·
Limfadenopati
servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
4.
Sindrom
Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :
·
Sistemik :
penurunan berat badan, anoreksia, demam
·
Hematologi
: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
·
Hipertrofi
osteoartropati
·
Neurologik
: dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
·
Neuromiopati
·
Endokrin :
sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
·
Dermatologik
: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
·
Renal :
syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
5.
Asimtomatik
dengan kelainan radiologis
·
Sering
terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara radiologis.
·
Kelainan
berupa nodul soliter.
E. Etiologi
1.
Merokok
Tak
diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif
telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok
berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola
resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik
telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit
hewan, menimbulkan tumor.
2.
Perokok Pasif
Semakin
banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap
asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada
orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali.
Diduga
ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi
pada perokok pasif.
3.
Polusi Udara
Kematian
akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya
dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada
masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang
pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal
ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi
yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka,
tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen
yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
benzpiren.
4.
Paparan Zat Karsinogen
Beberapa
zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.
Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih
besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan
asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
5.
Diet
Beberapa
penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium,
dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.
6.
Genetik
Terdapat
bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa
mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam
timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc)dan menonaktifkan
gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005). Terdapat perubahan/ mutasi beberapa
gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
1.
Proton onkogen.
2.
Tumor suppressor gene.
3.
Gene encoding enzyme.
7.
Penyakit paru
Penyakit
paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek
dari merokok dihilangkan.
8.
Iridasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada
penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari
50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
F.
Patofasiologi
Dari
etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hiperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
G.
Komplikasi
Paru-
paru komplikasi kanker adalah kondisi gejala sekunder atau gangguan lain yang
disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara gejala dan
komplikasi dari penyakit ini tidak jelas. Komlikasi mungkin karena penyakit itu
sendiri atau efek samping dari salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu
(2012) kanker
paru-paaru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:
1.
Sesak napas
Orang
dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang
untuk menutup saluran udara yang utama.
2.
Batuk darah
Penyakit
ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat membuat Anda
batuk darah (hemoptisis).
3.
Nyeri
Kanker
paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari tubuh
dapat menyebabkan rasa sakit.
4.
Cairan di dada (efusi pleura)
Hal
ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-paru di
rongga dada (ruang pleura).
5.
Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)
Ini
sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya berlawanan
dengan paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal. Kanker yang meluas
dapat menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala
lain bergantung pada organ yang terkena.
6.
Kematian
Tingkat
ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini sangat rendah.
Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.
Komplikasi
komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran, jenis, dalam
paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat menyebabkan penyumbatan
salah satu tabung pernapasan utama, menyebabkan runtuhnya daerah paru-paru,
atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan berkembang.
Penyebaran
kanker ke tulang atau tekanan pada saraf dari tumor dapat menyebabkan rasa
sakit, dan beberapa jenis kanker paru-paru menghasilkan hormon yang dapat
menyebabkan gejala seperti memerah dan diare.
H.
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
1.
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
2. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi
3. Tes kulit,
jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
3. Histopatologi.
1. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
4. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat.
5. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan
1. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
I.
Penatalaksanaan Medis
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011)
penatalaksaaan medis untuk klien kanker paru adalah sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit
paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
2. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi
luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
3. Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan
sel kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang
bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit.
4. Radioterapi paliatif,
Radioterapi paliatif untuk hemoptisis, batuk, sesak napas
atau nyeri local.
5. Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau
penggunaan stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan
penyakit endobronkial yang signifikan
6. Perawatan faliatif
Perawatan
faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan.
J.
Asuhan Keperawatan
Kanker Paru
1. Pengkajian
Pengkajian
dilaukan dengan mengidentifikasi riwayat kesehatan klien atau pasien (Patricia A. Potter RN, 1996) , yakni:
1.
Kaji Riwayat penggunaan
tembakau, termasuk jumlah lamanya merokok, usia, mulai, jumlah sigaret per
hari, sigaret atau rokok pipa, dan lamanya waktu sejak berhenti merokok.
2.
Identifikasi apakah
klien mengalami batuk menetap (produktif atau non-produktif), produksi sputum,
nyeri dada, dan serangan ulang pnemonia ataupun bronkitis.
3.
Idenfitifikasi apakah
klien bekerja pada lingkungan yang mengandung polutan (contoh asbes, debu
batubara, serbuk knalpot, iritan kimia).
4.
Identifikasi apakah
banyak perokok lain ditempat kerja atau dirumah klien.
5.
Kaji ulang riwayat
keluarga klien untuk adanya kanker, tuberkulosis, ataupun penyakit paru
obstruksi kronik.
2.
Preoperasi (Doenges, 1999)
1.
Aktivitas/ istirahat
Gejala :
Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena
aktivitas.
Tanda :
Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2.
Sirkulasi
Gejala : JVD
(obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia. Jari tabuh.
3.
Integritas ego
Gejala :
Perasaan taku. Takut hasil pembedahan Menolak kondisi yang berat/ potensi
keganasan.
Tanda :
Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4.
Eliminasi
Gejala : Diare
yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/ jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5.
Makanan/ cairan
Gejala :
Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan
menelan. Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus,
atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut). Edema wajah/leher, dada
punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/periorbital (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil). Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid).
6.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri
dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/
tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
Nyeri abdomen hilang timbul.
7.
Pernafasan
Gejala : Batuk
ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas
pendek. Pekerja yang terpajan polutan, debu industri. Serak, paralysis pita
suara. Riwayat merokok.
Tanda : Dispnea,
meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi).
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/
mengi menetap; pentimpangan trakea (area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8.
Keamanan
Tanda : Demam
mungkin ada (sel besar atau karsinoma). Kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9.
Seksualitas
Tanda :
Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar). Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
besar). Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10.
Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
3. Pascaoperasi
1.
Karakteristik dan
kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.
2.
Frekuensi dan irama
jantung.
3.
Pemeriksaan
laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan Ht).
4.
Pemantauan tekanan vena
sentral.
5.
Status nutrisi.
6.
Status mobilisasi
ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang di operasi.
7.
Kondisi dan
karakteristik water seal drainase. (Doenges,
1999)
Untuk pengkajian
dari ADLnya sendiri antara lain:
1. Aktivitas
atau istirahat
Gejala :
Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.
2. Sirkulasi
Tanda : denyut
nadi cepat, tekanan darah tinggi
3. Eliminasi
Gejala :
menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda : Kateter
urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine. Bising usus, samar atau jelas.
4. Makanan
dan cairan.
Gejala : Mual
atau muntah
5. Neurosensori.
Gejala :
Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
6. Nyeri
dan ketidaknyamanan.
Gejala : Keluhan
nyeri, karakteristik nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya
insisi atau efek – efek anastesi.
2.
Diagnosa Keperawatan dan
Rencana Keperawatan
1.
Preoperasi
1.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi ditandai
dengan dispnea
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan perbaikan ventilasi
dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala
distress pernafasan.
-
Berpartisipasi dalam program
pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi
Keperawatan
|
Rasional
|
-
Kaji status pernafasan dengan
sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola
nafas.
-
Catat ada atau tidak adanya
bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi.
-
Kaji adanmya sianosis
-
Kolaborasi pemberian oksigen
lembab sesuai indikasi
-
Awasi atau gambarkan seri GDA.
|
-
Dispnea merupakan mekanisme
kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
-
Bunyi nafas dapat menurun, tidak
sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan
cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan
nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
-
Penurunan oksigenasi bermakna
terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah,
bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
-
Memaksimalkan sediaan oksigen
untuk pertukaran.
-
Menunjukkan ventilasi atau
oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator
kebutuhan perubahan terapi.
|
2.
Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan
fungsi silia jalan nafas ditandai dengan dispnea
Kriteria hasil :
-
Menyatakan/ menunjukkan hilangnya
dispnea.
-
Mempertahankan jalan nafas paten
dengan bunyi nafas bersih
-
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
-
Menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
-
Catat perubahan upaya dan pola
bernafas.
-
Observasi penurunan ekspensi
dinding dada dan adanya.
-
Catat karakteristik batuk
(misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik
sputum.
-
Pertahankan posisi tubuh/ kepala
tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
-
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping
merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
|
-
Penggunaan otot interkostal/
abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
-
Ekspansi dad terbatas atau tidak
sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
-
Karakteristik batuk dapat
berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada
mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau purulen.
-
Memudahkan memelihara jalan
nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
-
Obat diberikan untuk
menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki
ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/
pilihan obat.
|
3.
Diagnosa Keperawatan : Nyeri kronis berhubungan dengan karsinoma paru
ditandai dengan menyatakan nyeri, raut muka menyeringai, perilaku berhati-hati
(nafasdalam, posisi statis), perilaku mengalihkan (menangis, gelisah, merintih)
Kriteria
Evaluasi: Menyatakan nyeri telah hilang, ekpresi wajah rileks,
pengembangan paru penuh, peningkatan tingkat efektivitas.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Berikan analgesik dan evaluasi keefektifannya. Konsul dokter jika analgesic
yang diberikan tidak efektif untuk mengontrol nyeri.
-
Untuk meminimalkan nyeri tulang:
·
Membalik dengan hati-hati dan beridukungan
·
Hindari menarik ektermitas
·
Berikan matras yang lembut
·
Ubah posisi setiap dua jam
-
Untuk meminimalkan nyeri dada pleuritik:
·
Instruksikan pasien untuk menahandada dengan kedua
tangannya ataudengan bantal saat batuk.
·
Dorong pasien untuk berhenti merokok.
·
Berikan humidifier (pelembab udara) sesuai dengan pesanan.
·
Berikan obat antitusif bila diresepkan.
|
-
Rasa nyaman merupakan prioritas dalam memberikan
perawatan kepada pasien dengan kanker. Kontrol rasa nyeri sering kali
memerlukan pengunaan narkotik dosis tinggi. Pasien yang mengalami adiksi
bukan merupakan bahasan dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien dengan
kanker. Pasien dapat mengembangkan toleransi fisik terhadapan algesik,
memerlukan dosis yang lebih tinggi tetapi tidak berarti mereka menjadi adiksi.
-
Metastase ke tulang menyebabkan nyeri yanghebat.
Pada banyak pasien, bahkan hanya sentuhan
ringan dapat menimbulkan rasa nyeri.
-
Nafas dalam dan batuk kuat meregangkan membran plura dan menimbulkan
nyeri dada pleuritik. Nikotin dari produk tembakau dapat mengakibatkan
konstriksi bronchial dan menurunkan gerakan silia yang melapisi saluran
pernafasan bagian bawah. Udara yang lembab membantu mengencerkan sekresi
paru. Anti-batuk menekan pusat batuk di otak.
|
4.
Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan menelan ditandai dengan penurunan berat
badan
Kriteria
evaluasi:
-
Penambahan berat badan
progresif ke arah tujuan
-
Peningkatan napsu makan/masukan diit
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Pantau masukan makanan setiap hari
-
Identifikasi pasien yang mengalamimual/muntah yang diantisipasi
-
Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuaiindikasi. Fenotiazin, mis :
Proklorperazin(compazine), tietilperazin (Torecan), antidopaminergik mis ;
metoklorpiamid(regian), dll
|
-
Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi nutrisi.
-
Mual/muntah psikogenik sebelumkemoterapi mulai secara umum
tidak berespons terhadap obat anti emetik.
-
Kebanyakan anti emetik bekerja untuk mempengaruhi stimulasi pusat
muntahdan kemoreseptor mentriger agen zona juga bertindak secara perifer
untuk mengham-bat peristaltik balik.
|
5.
Diagnosa Keperawatan: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan wajah tampak gelisah
Kriteria hasil :
-
Menyatakan kesadaran terhadap
ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
-
Mengakui dan mendiskusikan takut.
-
Tampak rileks dan melaporkan
ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.
-
Menunjukkan pemecahan masalah dan
pengunaan sumber efektif.
Intervensi
Keperawatan
|
Rasional
|
-
Observasi peningkatan gelisah,
emosi labil.
-
Pertahankan lingkungan tenang
dengan sedikit rangsangan.
-
Tunjukkan/ Bantu dengan teknik
relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.
-
Identifikasi perspsi klien
terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
-
Dorong pasien untuk mengakui dan
menyatakan perasaan.
|
-
Memburuknya penyakit dapat
menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
-
Menurunkan ansietas dengan
meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
-
Memberikan kesempatan untuk
pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
-
Membantu pengenalan ansietas/
takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
-
Langkah awal dalam mengatasi
perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan
situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
|
6.
Diagnosa
Keperawatan : Gangguan pola
tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri, batuk) ditandai dengan
tampak kurang bergairah
Kriteria
Evaluasi:
Melaporkan perasaan dapat istirahat, sedikit keluhan insomnia.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
-
Jika ada pengobatan untuk paru-paru aturlah pemberian obat tersebut untuk diberikan
sebelum waktu tidur. Berikan obat antitusif yang
diprogramkan.
-
Pastikan ventilasi ruangan baik. Atur pengadaan humidifier udara jika diperlukan. Anjurkan penggunaan oksigen selama tidur jika diperlukan.
-
Pertahankan
ruangan bebas dari bahaniritasi seperti asap, serbuk bunga,
dan pengharum ruangan.
-
Pertahankan
suhu ruangan yang
nyaman
-
Berikan
analgetik yang diresepkan sebelum waktu tidur.
-
Pada
waktu tidur, ijinkan pasien mandidengan pancuran air hangat atau mandi biasa,
kemudian berikan backrub untuk meningkatkan relaksasi. Bantu pasien untuk
mendapatkan posisiyang nyaman, biasanya dengan meninggikan bagian kepala
tempat tidur sekitar 30˚
-
Konsul dokter jika
tindakan diatas tidak efektif dalam menurunkan insomnia.
|
-
Selama tidur, nafas dalam periodik, yang mengembangkan
alveoli, tidak terjadi sebagaimana saat bangun
dan bergerak akibatnya sekresi ter-akumulasi di
paru-paru. Pengobatan khusus paru dapat membantu
memudahkan pengeluaran sekresi dari paru. Antitusif menekan pusat kontrol batuk di otak.
-
Udara segar yang selalu bergerak
membantumengontrol debu dan bakteri. Kelembapan antara30% dan 60% mencegah
kekeringan mukosa. Oksigen tambahan
memberikan tambahan suplai oksigen ke jaringan tubuh.
-
Iritan ini dapat mencetuskan batuk
-
Suhu
ruangan yang terlalu
panas atau terlalu
dingin dapat mencetuskan batuk
-
Untuk
mengontrol nyeri dan meningkatkan tidur.
-
Posisi ini
meningkatkan ekspansi paru.
-
Sedative
atau tranquilizer mungkin diperlukannamun obat-obat tersebut harus
digunakandengan kewaspadaan, karena dapat menekan kontrol pernafasan
hipoksemia
|
7.
Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan
dengan kurang informasi ditandai dengan perilaku tidak tepat
Kriteria hasil :
-
Menjelaskan hubungan antara proses
penyakit dan terapi.
-
Menggambarkan/ menyatakan diet,
obat, dan program aktivitas.
-
Mengidentifikasi dengan benar
tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
-
Membuat perencanaan untuk
perawatan lanjut.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
-
Dorong belajar untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.
-
Berikan informasi verbal dan
tertulis tentang obat
-
Kaji konseling nutrisi tentang
rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.
-
Berikan pedoman untuk aktivitas.
|
-
Sembuh dari gangguan gagal paru
dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi
untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
-
Pemberian instruksi penggunaan
obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program
pengobatan.
-
Pasien dengan masalah pernafasan
berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga
memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
-
Pasien harus menghindari untuk
terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk
meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen
berlebihan.
|
2.
Pascaoperasi (Doenges, Rencana
Asuhan Keperawatan, 1999).
1.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan
paru ditandai dengan AGD abnormal
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan perbaikan ventilasi
dan oksigenasi jaringan adekuat dengan AGD dalam rentang normal.
-
Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi
Keperawatan
|
Rasional
|
-
Catat frekuensi, kedalaman dan
kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan
kulit/ membran mukosa.
-
Auskultasi paru untuk gerakan
udara dan bunyi nafas tak normal.
-
Pertahankan kepatenan jalan
nafas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat.
-
Ubah posisi dengan sering,
letakkan pasien pada posisi duduk juga telentang sampai posisi miring.
-
Dorong atau bantu dengan latihan
nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat.
|
-
Pernafasan meningkat sebagai
akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya
jaringan paru.
-
Konsolidasi dan kurangnya
gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi.
Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang
masih ada.
-
Obstruksi jalan nafas
mempengaruhi ventilasi, menggangu pertukaran gas.
-
Memaksimalkan ekspansi paru dan
drainase sekret.
-
Meningkatkan ventilasi maksimal
dan oksigenasi dan menurunkan/ mencegah atelektasis.
|
2.
Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
jumlah/ viskositas sekret ditandai dengan adanya suara tambahan
Kriteria hasil : Menunjukkan patensi jalan
nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan
pernafasan tak bising.
Intervensi
Keperawatan
|
Rasional
|
-
Auskultasi dada untuk
karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret.
-
Bantu pasien dengan/
instruksikan untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi
dan menekan daerah insisi.
-
Observasi jumlah dan karakter
sputum/ aspirasi sekret.
-
Dorong masukan cairan per oral
(sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.
-
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau analgetik sesuai indikasi.
|
-
Pernafasan bising, ronki, dan
mengi menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas.
-
Posisi duduk memungkinkan
ekspansi paru maksimal dan penekanan menmguatkan upaya batuk untuk
memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.
-
Peningkatan jumlah sekret tak
berwarna / berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan
penyembuhan.
-
Hidrasi adekuat untuk
mempertahankan sekret hilang/ peningkatan pengeluaran.
-
Menghilangkan spasme bronkus
untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas
sekret.
|
3.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, trauma jaringan, dan
gangguan saraf internal ditandai dengan tampak meringis
Kriteria hasil :
-
Melaporkan neyri hilang/
terkontrol.
-
Tampak rileks dan tidur/ istirahat
dengan baik.
-
Berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi
Keperawatan
|
Rasional
|
-
Tanyakan pasien tentang nyeri.
Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10.
-
Kaji pernyataan verbal dan
non-verbal nyeri pasien.
-
Catat kemungkinan penyebab nyeri
patofisologi dan psikologi.
-
Dorong menyatakan perasaan
tentang nyeri.
-
Berikan tindakan kenyamanan.
Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi
|
-
Membantu dalam evaluasi gejala
nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji
tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic,
meningkatkan control nyeri.
-
Ketidaklsesuaian antar petunjuk
verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/
keefketifan intervensi.
-
Insisi posterolateral lebih
tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut,
distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
-
Takut/ masalah dapat
meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
-
Meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian.
|
4.
Diagnosa Keperawatan: Ansietas berhubungan dengan ancaman/ perubahan status kesehatan
ditandai dengan menyatakan ketakutan.
Kriteria hasil :
-
Mengakui dan mendiskusikan takut/
masalah
-
Menunjukkan rentang perasaan yang
tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat
-
Menyatakan pengetahuan yang akurat
tentang situasi.
Intervensi
Keperawatan
|
Rasional
|
-
Evaluasi tingkat pemahaman
pasien/ orang terdekat tentang diagnosa.
-
Akui rasa takut/ masalah pasien
dan dorong mengekspresikan perasaan.
-
Terima penyangkalan pasien
tetapi jangan dikuatkan.
-
Berikan kesempatan untuk
bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan
mempunyai pemahaman yang sama.
-
Libatkan pasien/ orang terdekat
dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/
pengobatan.
-
Berikan kenyamanan fiik pasien.
|
-
Pasien dan orang terdekat
mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada
gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan
tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih
intervensi yang tepat.
-
Dukungan memampukan pasien mulai
membuka atau menerima kenyataan kanker dan pengobatannya.
-
Bila penyangkalan ekstrem atau
ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu
dijelaskan dan emebuka cara penyelesaiannya.
-
Membuat kepercayaan dan
menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi.
-
Dapat membantu memperbaiki
beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya
dalam menerima pengobatan dan diagnosa.
-
Ini sulit untuk menerima dengan
isu emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.
|
5.
Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurang
atau tidak mengenal informasi/ sumber ditandai dengan perilaku yang tidak tepat
Kriteria hasil :
-
Menyatakan pemahaman seluk beluk
diagnosa, program pengobatan.
-
Melakukan dengan benar prosedur
yang perlu dan menjelaskan alas an tindakan tersebut.
-
Berpartisipasi dalam proses
belajar.
-
Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
-
Diskusikan diagnosa, rencana/
terapi sasat ini dan hasil yang diharapkan.
-
Kuatkan penjelasan ahli bedah
tentang prosedur pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan
informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari
penyembuhan.
-
Diskusikan perlunya perencanaan
untuk mengevaluasi perawatan saat pulang.
|
-
Memberikan informasi khusus
individu, membuat pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di
rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan informasi
penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi.
-
Lamanya rehabilitasi dan
prognosis tergantung pada tipe pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/
derajat komplikasi.
-
Kajjian evaluasi status
pernafasan dan kesehatan umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan
optimal. Juga memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/ pertanyaan pada
waktu yang sedikit stres.
|
Sumber:
Comments
Post a Comment