Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak dengan Morbili (Campak)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit
Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah menular kepada
anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita Campak harus
diisolasi untuk mencegah penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang disebut
Virus Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu
badan panas, bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2
bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili
pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak
yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit
morbili ?
2. Apa saja etiologi terjadinya
penyaki morbili ?
3. Bagaimana epidimiologi penyakit
morbili di Indonesia ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit
morbili ?
5. Apa manifestasi klinis penyakit
morbili ?
6. Apa pemeriksaan penunjang
penyakit morbili ?
7. Apa komplikasi dari penyakit
morbili ?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit
morbili ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit morbili ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian penyakit
morbili
2. Mengetahui etiologi terjadinya
penyakit morbili
3. Mengetahui epidimiologi morbili di Indonesia
4. Mengetahui patofisiologi penyakit
morbili
5. Mengetahui manifestasi klinis
penyakit morbili
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang
penyakit morbili
7. Mengetahui komplikasi penyakit
morbili
8. Mengetahui penatalaksanaan
penyakit morbili
9. Mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit morbili
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala
kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai
panas 380c atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek,
dan mata merah. ( WHO )
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium
konvalensi. ( ilmu kesehatan anak 2:624 )
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular
yang ditandai 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium
konvalensensia. Morbili dapat disebut juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI
Volume 2, 1985)
Campak adalah organisme yang sangat menular
ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain
yang rentan (Smeltzer, 2001:2443)
B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili
yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24
jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan droplet dan
kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).
Penyebab
penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus
yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin,
dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC,
sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan,
1997 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili
yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24
jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak
(Ngastiyah, 1997:351)
Campak
adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen
saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan
parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan
air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat
setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap
aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).
Protein virus campak :
L
|
Protein
interna ( Large )
|
P
|
Protein
interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
|
NP
|
Nucleoprotein
yang melindungi RNA virus.
|
F
|
Factor
penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
|
H
|
Hemaglutinasi
dan adsorbs.
|
M
|
Protein
matriks membrane interna.
|
C.
Epidimiologi
Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah
Tangga Morbili menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada
bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur
1-4 tahun (0,77%).
Morbili merupakan penyakit endemis, terutama
di negara sedang berkembang. Di Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak
lama. Di masa lampau morbili dianggap sebagai suatu hal yang harus di alami
setiap anak, sehingga anak yang terkena campak tidak perlu diobati, mereka
beranggapan bahwa penyakit morbili dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar.
Ada anggapan bahwa ruam yang keluar banyak semakin baik. Bahkan ada usaha dari
masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa
penyakit morbili akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam
akan muncul didalam rongga tubuh lain seperti didalam tenggorokan, paru, perut,
atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak nafas atau diare yang dapat
menyebabkan kematian.
Secara biologik, morbili mempunyai
sifat adanya ruam yang jelas, tidak diperlukan hewan perantara,
tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya musiman dengan periode
bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki satu
serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.
D.
Patofisiologi
Penularan
terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan
masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar
ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan,
saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak
koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam
pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler
juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
Patofisiologi
Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari
awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous
dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar
kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus
dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).
Sebagai
reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva
(IKA,FKUI Volume 2,1985).
E.
Manifestasi Klnis
Penyakit
ini terbagi dalam 3 stadium, yaitu :
1.
Stadium prodormal (katarallis).
Biasanya stadium ini berlangsung 4 – 5 hari disertai panas tubuh,
malaise (lemah), batuk, fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam timbul eritema (ruam pada selaput lendir), timbul
bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema. Kadang –
kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influensa dan sering didiagnosis sebagai influensa. Diagnosis
perkiraan dapat dibuat bila ada bercak klopik dan pasien pernah kontak dengan
pasien morbili dalam waktu 2 minggu
terakhir.
2.
Stadium erupsi.
Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau
titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula bercak koplik.
Biasanya disertai juga
meningkatnya suhu
tubuh. Diantara makula terdapat kulit yang normal.
Mula- mula makula timbul di belakang telinga, dibagian atas
lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi.
Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lengan
atas, bagian dada, punggung, perut
dan tungkai bawah.
Kadang- kadang terdapat perdaraha ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga dan
akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya. Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare
dan muntah. Variasi
morbili yang biasa ini adalah : black measles yaitu ; morbili yang disertai perdarahan pada kulit, milut hidung
dan traktus digestivus.
3.
Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih
tua (Hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu
ditemukan pula kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk
morbili. Suhu menurun sampai menjadi
normal, kecuali jika ada komplikasi. Selanjutnya diikuti gejala anoreksia,
malaise, limfadenopati. (Ngastiyah, Perawatan anak sakit, 351).
F.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi
hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b.
Patologi anatomi
Pada organ
limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum
yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar
secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c.
Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d.
Pemeriksaan antibody IgM anti
campak.
e.
Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati
/ ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit
darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia (
dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).
G. Komplikasi
a.
Pneumoni
Oleh
karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang
menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok,
hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan
klebsiela.
b.
Gastroenteritis
Komplikasi
yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4%
c.
Ensefalitis
Akibat
invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
d.
Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
e.
Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
f.
Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang
(Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 1998 : 95)
H. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan simptomatik dengan
antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan
umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.
b. Keperawatan
1) Kebutuhan nutrisi
a)
Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak
minum.
b)
Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air
seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai.
c) Susu
dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan
hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau
campur sirop atau coklat.
d) Berikan
makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain,
usahakan sedikit tapi sering.
e) Berikan
makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2) Gangguan suhu tubuh
a) Beri
obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau
eksantem (campaknya keluar).
b) Beri
obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga
diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman dan nyaman
a) Beri
bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b)
Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c) Selama
demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d) Di lap
muka, tangan, dan kaki.
e) Jika
suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK
1/1000 atau air hangat saja dan jangan
terlalu lama
4) Risiko terjadi
komplikasi
a) Diubah
sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan
kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
b) Jangan
membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah selama
masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5)
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penyuluhan
pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan tidak
akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357)
I. Pencegahan
Pencegahan
morbili dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan
atau lebih. Program imunisasi morbili secara luas baru di kembangkan
pelaksanaannya pada tahun 1982.
Pada
tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin morbili, yaitu :
1)
Vaksin yang berasal dari virus morbili yang hidup dan dilemahkan ( tipe
Edmonstone B). Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus morbili
yang dimatikan tidak digunakan lagi; oleh karena efek proteksinya hanya
bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypikal measles yang hebat.
2) Vaksin yang berasal dari virus morbili yang
dimatikan ( virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam almuminium).
Campak
adalah penyakit yang dapat dengan mudah menular melalui percikan ludah dari
penderita saat bersin atau batuk. Jlka kuman yang ada di percikan ludah
menyebar di udara lalu terisap lewat hidung atau mulut anak, maka ia berisiko
mengalami campak. Karena itu, anak yang terkena campak harus diisolasi agar
tidak menulari ke orang 1ain. Penyakit campak yang mudah menular ini juga
bisa mematikan. Jika yang terjangkit adalah anak dengan daya tahan tubuh yang
kuat, cukup gizi, atau sudah mendapatkan imunisasi campak yang pertama, maka
campak yang dideritanya tergolong ringan. Ancaman kematian mengintai anak-anak
yang belum pernah diimunisasi dan bergizi buruk. "Campak tidak bisa
dibasmi sepenuhnya, ini berbeda dengan polio. Campak hanya bisa direduksi,"
Dr. lulitasari Sundoro, MSc dari Global Alliance Vaccine Immunization (GAVI)
mengingatkan. "Risiko kematian bisa dibuat sekecil mungkin. Tetapi, yang
pasti anak harus diimunisasi agar kebal dan tidak terkena campak."
Pada
anak-anak yang belum diimunisasi, campak bisa saja disertai komplikasi, di
antaranya adalah pneumonia, trombositopenra (penurunan jumlah trombosit),
ensefalitis (infeksi otak), termasuk diare yang bisa menyebabkan dehidrasi.
Komplikasi semacam inilah yang bisa menimbulkan kematian pada anak penderita
campak. Tidak ada cara yang jauh lebih baik menghadapi penyakit campak
selain tindakan preventif. Begitu pula untuk mencegah anak terjangkit
campak. Ketika anak memasuki usia 9 bulan, bawalah dia ke puskesmas atau
posyandu terdekat untuk diberi imunisasi campak. Satu kali imunisasi saja tidak
menjamin Gejala awal timbul dalam 1-2 minggu setelah seorang anak
terinfeksi virus.
Campak
tidak bisa dibasmi sepenuhnya, berbeda dengan polio. Campak hanya bisa
diperkecil jumlah kasusnya. anak benar-benar kebal terhadap
paramiksovirus, yakni virus penyebab campak.'Anak-anak membutuhkan imunisasi
kedua untuk membuat tubuhnya imun, (Dr. Sudath Peiris dari WHO). Imunisasi
campak yang kedua diberikan saat anak mencapai usia 5-6 tahun. Jika sudah mendapatkan
imunisasi kedua, diharapkan tubuh anak lebih kuat menghadapi penyakit ini.
Berikut
beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perawatan di
rumah.
1. Isolasi
Karena
penyakit campak mudah menular, si kecil harus diisolasi. Dia harus libur
sekolah sampai benar-benar sembuh agar tidak menulari teman-temannya. Jika
memiliki adik yang masih bayi, lebih-lebih yang belum diimunisasi, dia harus
dipisahkan dari adiknya. Barang juga tersendiri sampai campak yang
dideritanya pulih total, si kecil harus menggunakan barang-barang tersendiri
yang tak boleh digunakan oleh orang lain. Misalnya, peralatan makan dan
peralatan mandi yang berisiko menularkan virus lewat kontak
langsung,
2.
Dimandikan
Menurut
Dr. Lineus Hewis, SpA, dokter anak dari The Jakarta Women & Children
Clinic, salah satu mitos mengenai campak adalah tidak boleh memandikan anak.
Padahal, jika demam sudah turun, anak harus tetap dimandikan meski ruam-ruam
telah muncul di tubuhnya. Sebab, ruam-ruam itu akan menimbulkan gatal, lebih-
lebih jika bercampur dengan keringat. Mandi akan mengurangi rasa gatal dan
membuat anak merasa segar Gunakan sabun bayi dan gosok tubuhnya dengan lembut.
Saat menghanduki anak, lakukan dengan perlahan.
3. Istirahat dan Makan Makanan Bergizi
Selama masa penyembuhan, anak harus
beristirahat cukup dan diberi makanan bergizi yang mudah dicerna untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya. Hindari makanan yang bisa merangsang
timbulnya batuk, seperti gorengan dan coklat.
4.
Konsultasi dengan Dokter
lnilah
yang terpenting. Anda harus berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan yang
tepat. Berikan obat kepada anak sesuai dengan resep dokter. Jangan segan- segan
bertanya mengenai hal-hal yang belum Anda ketahui.
Pencegahan Infeksi
Silang Menggubakan APD
1.
Cuci Tangan
Perawat
bisa mencuci tangan untuk menghilangkan kuman yang ada di tangan agar saat
bersentuhan dengan klien perawat tidak memaparkan kuman kepada klien.
2.
Menggunakan Sarung Tangan
Untuk
melindungi diri kita saat bersentuhan dengan klien agar kita tidak tertular
penyakit klien.
3.
Menggunakan Masker
Karna
campak menular melalui udara dan droplet, jadi kita menggunakan masker untuk
melindungi diri kita agar tidak menghirup kuman yang ada di udara
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Fokus Pengkajian
1)
Pengkajian Data Dasar
Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2) Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan
utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 – 4
hari. (Pusponegoro, 2004 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa
adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit.
(Pusponegoro, 2004 : 96)
Adanya
nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213)
c.
Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa
pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah
mengalami operasi (Potter, 2005 : 185).
Anamnesa
riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak
(Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi
campak. (Suriadi, 2001 : 213)
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan
data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko
terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185)
3) Pemeriksaan Fisik
a)
Mata : Terdapat konjungtivitis, fotophobia
b)
Kepala : Sakit kepala
c)
Hidung : Banyak terdapat secret, influenza,
rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad
eripsi ).
d) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis,
batuk, mulut terasa pahit.
e)
Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit,
rasa gatal, ruam macular pada leher,muka, lengan dan, evitema, panas (demam).
f)
Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,
sputum
g)
Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/
imunisasi.
h)
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
i)
Status Nutrisi : Intake – output makanan, nafsu
makanan (Potter, 1996 : 16).
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan organisme virulen
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
adanya rash
3. Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret
4. Gangguan
rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
6. Gangguan interaksi sosial
berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1) Risiko penyebaran infeksi
berhubungan dengan organisme virulen.
Tujuan :
Risiko penyebaran infeksi hilang atau berkurang
Hasil yang diharapkan :
a) Anak yang rentan tidak mengalami
penyakit.
b) Infeksi tidak menyebar
c) Anak tidak menunjukkan
bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan
dehidrasi.
Intervensi :
a)
Identifikasi anak beresiko tinggi
Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan
b)
Lakukan rujukan ke perawat kesehatan
masyarakat bila perlu.
Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.
c)
Pantau suhu
Rasional :
peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi.
d)
Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Rasional : untuk mengurangi resiko
infeksi sekunder dari lesi.
e) Berikan serapan air sedikit tapi
sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus atau lunak.
Rasional : - Untuk menjamin
hidrasi yang adekuat
- Banyak anak-anak
yang mengalami anoreksia selama sakit
2) Tidak efektif jalan nafas
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Jalan nafas menjadi efektif
Hasil yang diharapkan :
a) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi
nafas bersih atau jelas.
b) Menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki bersihan jalan napas, misal :
batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma
bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
b) Kaji atau pantau frekuensi
pernapasan
Rasional :
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stress atau adanya proses infeksi akut.
c) Catat adanya atau derajat dipsnoe sesak napas
Rasional :
Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis
selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.adi
d) Pertahankan polusi lingkungan
minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi
pernapasan yang dapat menjadi episode akut.
e) Observasi karakteristik batuk
Rasional :
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit
akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala
di bawah setelah perkusi.
3) Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan adanya rash.
Tujuan : Integritas kulit baik
Hasil yang diharapkan :
a) Klien tidak lagi mengeluh tidak
nyaman pada kulit
b) Kulit klien tampak bersih
Intrvensi :
a)
Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak
menggaruk.
Rasioanal : Mengurangi terjadinya
infeksi
b) Memberikan antihistamin sesuai
order dan memonitor efek sampingnya
Rasional :
Mengurangi proses inflamasi
c) Memandikan klien dengan
menggunakan sabun
Rasional :
Mencegah infeksi
d) Jika
terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak terlalu terang di kamar klien
Rasional :
Membuat rasa Nyman kepaa klien saat istirahat
4 ) Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan
: Suhu tubuh normal dalam jangka waktu…
Hasil
yang diharapkan :
Suhu tubuh 36,6 – 37,4 0C
Bibir lembab
Nadi normal
Kulit tidak terasa panas
Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )
Aktivitas sisi kemampuan
Suhu tubuh 36,6 – 37,4 0C
Bibir lembab
Nadi normal
Kulit tidak terasa panas
Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )
Aktivitas sisi kemampuan
Intervensi
:
a)
Identifikasi penyebab atau factor yang dapat menimbulkan peningkatan suhu
tubuh: dehidrasi, infeksi, efek obat,
hipertiroid.
Rasional
: Memperjelas penyebabnya terjadi demam
b)
Observasi fungsi neurologis : status mental, reaksi terhadap stimulasi dan
reaksi pupil.
Rasional : Demam sering menyebabkan beberapa fungsi bagian tubuh menjadi terganggu
Rasional : Demam sering menyebabkan beberapa fungsi bagian tubuh menjadi terganggu
c) Observasi cairan masuk dan keluar, hitung
balance cairan
Rasional
: Kekurangan cairan bisa menyebabkan suhu tubuh meningkat
d) Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
d) Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
Rasional
:
e ) Berikan kompres air hangat
e ) Berikan kompres air hangat
Rasional
: Menurunkan suhu tubuh
f) Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas
yang berlebihan bila suhu naik / bedrest total.
Rasional : Aktivitas yang berlebihan akan meningkatkan laju metabolisme
Rasional : Aktivitas yang berlebihan akan meningkatkan laju metabolisme
g)
Anjurkan dan bantu pasien menggunakan pakaian yang tidak tebal
Rasional
: Pakaian yang tipis akan mudah menyerap keringat.
Kolaborasi :
Pemberian anti piretik
Pemberian anti biotic
Pemeriksaan penunjang
Kolaborasi :
Pemberian anti piretik
Pemberian anti biotic
Pemeriksaan penunjang
5)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat
Tujuan : Asupan nutrisi adekuat
Hasil yang diharapkan :
a)
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.
b) Tidak mengalami tanda malnutrisi.
c)
Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a)
Kaji riwayat nutrisi, termasuk
makanan yang disukai.
Rasional :
mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b) Observasi dan catat masukan makanan
pasien.
Rasional :
mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
c) Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.
d) Berikan makanan sedikit dari
frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional :
makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
e) Observasi dan catat kejadian mual
atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional :
gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia
(hipoksia) pada organ.
5)
Gangguan interaksi sosial
berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
Hasil yang diharapkan :
a) Anak menunjukkan pemahaman
tentang pembatasan
b) Anak melakukan aktivitas yang
tepat dan berinteraksi.
Intervensi :
a. Jelaskan alasan untuk pengisolasian
dan penggunaan kewaspadaan khusus.
Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak
tentang pembahasan.
b. Biarkan anak memainkan sarung tangan
dan masker
Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.
c. Berikan aktivitas pengalihan
Rasional : untuk melakukan aktivitas
yang tepat dan berinteraksi.
d. Anjurkan orang tua untuk tetap
bersama anak selama hospitalisasi.
Rasional : untuk menurunkan
perpisahan dan memberikan kedekatan.
e.
Siapkan teman sebaya anak untuk
perubahan perampilan fisik
Rasional : untuk mendorong
penerimaan teman sebaya.
6) Resiko tinggi kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus
Hasil yang diharapkan : kulit tetap
utuh
Intervensi :
a)
Jaga agar kuku tetap pendek dan
bersih
Rasional : untuk meminimalkan trauma
dan infeksi sekunder.
b)
Pakailah sarung tangan atau restrein
siku
Rasional : untuk mencegah
penggarukan
c)
Berikan pakaian yang tipis, longgar,
dan tidak meng mengiritasi.
Rasional : karena panas
yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
d) Tutup area yang sakit (lengan
panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : untuk mencegah
penggarukan
e)
Berikan losion yang melembutkan
(sedikit saja pada lesi terbuka).
Rasional : karena pada lesi terbuka
absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus.
f)
Hindari pemajanan panas atau sinar
matahari.
Rasional : menimbulkan ruam
(Doenges, 2000 : 156, 157 dan 575).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala
kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai
panas 380c ata lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek,
dan mata merah.
Penyebab campak adalah measles virus (MV),
genus virus morbili, famili paramyxoviridae. Virus ini menjadi
tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya
bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat
droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk
melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui
kelenjar air mata.
Penatalaksanaan pada morbili meliputi Pemberian vitamin
A,Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik,Pemberian
antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi,Pemberian obat batuk dan
sedativum.
Komplikasi
morbili meliputi otitis media akut, Pneumonia / bronkopneumoni, Encefalitis,
Bronkiolitis, Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah selalu
menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar kita, jika diri kita dan
lingkungan kita bersih maka secara otomatis mikroorganisme penyebab penyakit
akan sukar menyerang. Terlebih sebagai seorang perawat, harus mengetahui dengan
baik perawatan diri ( personal hygiene ) dan lingkungan, harus mengetahui
dengan jelas seperti apakah penyakit morbili tersebut dan bagaimana
penanganannya dalam dunia keperawatan serta pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. Asuhan Keperawatan Pada Anak. 2006. Sagung Seto: Jakarta
Amin Huda
Nurarif, Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA Jilid 2. 2013. Media
Action : Yogyakarta
Willia. Asuhan Keperawatan Pada Paien dengan Penyakit Morbii atau Campak..
25 Maret 2014
http://williafadhmad.wordpress.com/2012/10/22/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-penyakit-morbili-campak/
Comments
Post a Comment