Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Katarak


A.    Anatomi Lensa
Lensa adalah struktur sirkuler, lunak dan bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di belakang iris, di depan badan vitreus. Titik pusat permukaan anterior dan posterior disebut polus anterior dan polus posterior, dan garis yang melewati kedua polus tersebut disebut aksis. Lensa tetap berada di tempatnya karena dari depan ditekan oleh akueos humor, dari belakang ditekan oleh vitreus humor dan digantung zonula atau ligamen suspensorium. Zonula adalah membran tipis yang menutupi permukaan dalam badan silier, prosessus siliaris dan lensa. Permukaan posterior lensa lebih cembung dibandingkan permukaan anterior dan lensa ini menempati fossa hialoidea badan vitreus.
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul pada bagian luar, korteks dan nukleus pada bagian dalam. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lama kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nucleus dan korteks terbentuk dari lamella konsentris yang panjang dari serabut-serabut yang tepinya dihubungkan oleh bahan yang menyerupai perekat yang tertutup di dalam suatu kapsul tipis. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Kapsul ini merupakan membrane bening yang menutup lensa secara erat dan lebih tebal pada permukaan anterior.
B.     Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri
C.     Definisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. ( Ilyas, 2000 : 207 ).
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkanmata berselaput dan rabun. ( Wikipedia, 2013 )
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
D.    Etiologi
Penyebab penyakit katarak umumnya adalah usia lanjut, akan tetapi dapat juga karena kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Berbagai macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveinitis dan retinitis pigmentosa ( Ilyas, 2000 : 207 ).
Berikut ini adalah penyebab penyakit katarak, antara lain :
1.      Fisik
2.      Kimia
3.      Penyakit predisposisi
4.      Genetik dan gangguan perkembangan
5.      Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
6.      Usia
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa adalah obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, alkohol, gizi, kurangnya vitamin E dan radang menahun di dalam bola mata. Obat yang dipergunakan untuk penyakit tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak sepert betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya. (Ilyas, 1999 : 10)
E.     Klasfikasi Katarak
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut  :
1.      Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atu setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
a.       Kaspulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kaspular dan katarak Polaris
b.      Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atai nucleus lensa.

Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital di perlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trisemester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan. Katarak congenital juga sering ditemukan pada bayi premature dan gangguan system syaraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak congenital perlu dilakukan karena ada hubungan diabetes melitus, kalsium dan fosfor. Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat terjadinya katarak. Katarak congenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak congenital.
Dikenal bentuk-bentuk katarak congenital :
a.       Katarak piramidalis atau Polaris anterior
b.      Katarak piramidalis atau katarak posterior
c.       Katarak zonularis atau lamelris
d.      Katarak pungata dan lain-lain.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak congenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria. Pemeriksaan leukokoria di lakukan dengan melebarkan pupil.
Katarak congenital sering di temukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella galaktosemia, homosisteinuri, diabetes melitus, penyakit lain yang menyertai katarak congenital biasanya merupakan penyakit yang berhubungan dengan herediter seperti mikroftalmus, aniridia, dan lain-lain.
Kekeruhan pada katarak congenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik. Tindakan pengobatan pada katarak congenital adalah operasi.
Tindakan bedah pada katarak congenital bergantung pada :
a.       Katarak total bilateral, dimana sebaiknya di lakukan pembedahan secepatnya segera katark terlihat.
b.      Katarak total unilateral, yang biasanya diakibatkan trauma, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadi juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera; perawatan untuk ambliopia sebaiknya di lakukan sebaik-baiknya.
c.       Katarak total atau congenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah sekali terjadinya ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata.
d.      Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat di coba dengan kacamata; bila terjadi kekerugan yang progresif disertai dengan memulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik. (Ilyas , 2000 : 209-210)
2.      Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan lanjutan dari katarak kongenital.
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolic dan penyakit lainnya seperti :
a.       Katarak metabolic
Ø  Katarak diabetic dan galaktosemik (gula)
Ø  Katarak hipokalsemik (tetanik)
Ø  Katarak defisiensi gizi
Ø  Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
Ø  Penyakit Wilson
Ø  Katarak berhubungan dengan kelainan metabolic lain.
b.      Otot.
Ø  Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
c.       Katarak traumatic
Penyebab katarak traumatic yang paling sering dijumpai adalah cedera karena benda asing pada lensa atau cedera tumpul pada bola mata. Yang sering terjad adalah karena peluru senapan angin, sedangkan . yang langka antara lain karena anak panah, batu, benturan, terlalu lama terpajan terhadap panas, sinar-X, dan bahan-bahan radioaktif. Sebagian besar katarak traumatic dapat dihindari. Dalam industry, sarana pengaman yang paling baik adalah kaca mata pelindung.
Segera setelah benda asing masuk ke dalam lensa, lensa menjadi putih karena robeknya kapsul lensa, yang menyebabkan masuknya cairan mata dan kadang-kadang juga badan kaca ke dalam lensa. ( Vaughan, 1990 :  172)
d.      Katarak komplikata
Ø  Kelainan konganital dan herediter  (siklopia, koloboma, mikroftalmia, anireidia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridris)
Ø  Katarak degenerative (dengan myopia dan distrofi vitreoretinal, seperti : Wanger dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
Ø  Katarak anoksik
Ø  Toksik
Ø  Lain-lain kelainan congenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik)< tulang, dan kromosom.
Ø  Katarak radiasi
(Ilyas, 2000 : 211-212)
3.      Katarak Senil
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak  di ketahui secara pasti.
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada manusia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senile sebaiknya singkirkan penyakit mata local dan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.
Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipient, imatur, matur, dan hipermatur.
Perbedaan stadium katarak senile

Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah (air masuk)
Normal
Berkurang (air+massa lensa keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik Mata Depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut Bilik Mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow Test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopos
Penyulit
-
Glaukoma
-
Uveitis+Glaukoma
Perbedaan stadium katarak senile :
a.       Stadium insipient
Ø  Katarak stadium dini
Ø  Visus belum terganggu
Ø  Kekeruhan terutama terdapat pd bagian perifer berupa bercak seperti jari jari roda
b.      Stadium immature
Ø  Kekeruhan belum mengenai seluruh lap lensa
Ø  Terjadi hidrasi kortek yang menyebabkan lensa konveks shg indeks refraksi berubah & mata menjadi myopia(intumesensi) konveksnya lensa mendorong iris kedepan,menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glukoma
c.       Stadium matur
Ø  Terjadi pengeluaran air shg lensa berukuran normal kembali
Ø  Lensa telah keruh seluruhnya shg semua sinar yang masuk pupil dipantulkan kembali
Ø  Dipupil tampak lensa seperti mutiara
d.      Stadium dismatur
Ø  Korteks lensa yang seperti bubur mencair shg nucleus lensa turun karena daya beratnya
Ø  Melalui pupil nucleus kelihatan sebagai setengah lingkaran dibagian bawah dengan warna berbeda dari yang diatasnya yaitu kecoklatan
Ø  Terjadi kerrusakan kapsul lensaa yg lebih permeable shg isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis. (Ilyas,  2000: 212-214)
F.      Patofisiologi
Lensa berisi 65% air , 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang terlarut menjadi tidak terlarut serta trauma yang dialami si penderita.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation. ( Vaughan, 1999 : 169 )
Pada makalah ini kami membahas beberapa kondisi sehingga seseorang dapat mengalami katarak. Yang pertama adalah proses degenerasi atau proses penuaan. Pada proses penuaan, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada lensa yang menua. Serat lensa yang baru akan selalu diproduksi di korteks, menyebabkan serat yang tua ditekan ke arah sentral. Inilah yang menyebabkan kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
Yang kedua adalah perubahan keseimbangan protein pada mata. Normalnya lensa berwarna transparan, hal ini terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran semi permiabel. Perubahan kimia dalam lensa ini mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Bila terdapat peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, maka terjadi penurunan sintesa protein sehingga jumlah protein dalam lensa berlebihan yang berupa massa  yang transparan atau bintik kecil disekitar lensa dan membentuk suatu kapsul.
Dan yang ketiga adalah trauma. Trauma akan mengakibatkan degenerasi dini lensa mata sehingga terjadi perubahan protein dan senyawa kimia pada lensa yang mengakibatkan koagulasi serat protein sehingga keadaan lensa akan keruh.
Beberapa kondisi diatas dapat memburamkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata akan menjadi putih susu kemudian berubah menjadi warna kuning bahkan dapat berubah menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam melihat.
G.    Manifestasi Klinis
Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga tidak disadari oleh penderitanya. Maka dari itu, penting untuk menngetahui tanda serta gejala- gejalanya, yakni sebagai berikut :
1.      Penurunan ketajama penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan
2.      Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aka tampak dengan oftalmoskop
3.      Pandangan menjadi kabur dan redup
4.      Pupil tampak abu-abu atau putih
5.      Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
6.      Terlalu peka terhadap sinar atau cahaya
7.      Penglihatan diplopia monokuler
8.      Penurunan ketajaman penglihatan
9.      Kesulitan melihat pada malam hari
10.  Persepsi terhadap warna berubah
Menurut Dr. Robert Youngson tanda dan gejala katarak secara keseluruhannya sebagai berikut :
1.      Perubahan penglihatan atas warna
2.      Mata yang berubah menjadi miopi selama waktu terbatas
3.      Cahaya yang terpencar dan penglihatan yang makin buruk ( Youngson, 1986 : 70 )
H.    Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pad akatarak yang masih ringan dapat dibantu menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memrlukan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam penglihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan pada penderita katarak, antara lain :
1.      Operasi Ektraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Ini merupakan pembedaha pada lensa katarak dimana isi lensa dikeluarkan setelah pembungkus atau kapsul lensa ditinggalkan. Dengan teknik ini terdapat ruang bebas di temat bekas lensa sehingga memungkinkan menempatkan lensa pengganti yang disebut lensa tanam bilik mata belakang (posterior chamber intraocular lens). Bedah cara ini mengurangi penyulit yang sering terjadi pada EKIK. Dngan teknik ini saytan lebih kecil (10-11 mm), sedikit jahitan dengan waktu penyembuhan lebih pendek.  Bahkan pada fakoemulsifikasi maka sayatan sangat kecil dengan jumlah jahitan sedikit dan bisa tidak dijahit sama sekali sehingga otomatis penyulit berkurang. Fakoemulsifikasi merupakan teknik EKEK baru dimana lensa yang keruh atau katarak dikeluarkan melalui sayatan 2-3mm.(Ilyas, 1999: 25)
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan pembedahan glaucoma, mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. (Ilyas, 2000 : 218)
2.      Operasi Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK)
Ini merupakan tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana seluruh lensa bersama dengan pembungkusnya atau kasulnya dikeluarkan dengan lidi (probe) beku (dingin). Pada operasi ini dibuat sayatan selaput bening yang cukup luas, jahitan yang banyak (14-15 mm), sehingga penyembuhan lukanya memakan waktu yang lama. (Ilyas, 1999 : 25)
Ini merupakan pembedahan yang sangat lama danpopuler. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya. Katarak ekstraksi intra kapsuler ini tidak boleh dilakukan atau kontra indikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligament hialoidea kapsular. Penyulit yang dapalt terjadi pada pembedahan ini antara lain astigmatisme, glaucoma, uveitis, endoftalmitis dan pendarahan. (Ilyas, 2000 : 218)
I.       Komplikasi
1.      Glaukoma
2.      Infeksi pasca operasi
3.      Perdarahan
4.      Edema


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Penegakan Diagnosa
1.      Pengkajian
a.       Anamnesa, terdiri dari :
Ø  Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
Ø  Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
·         Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
·         Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
·         Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
·         Perubahan daya lihat warna
·         Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
·         Lampu dan matahari sangat mengganggu
·         Sering meminta ganti resep kaca mata
·         Melihat ganda
·         Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
·         Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
Ø  Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti :
·         DM
·         Hipertensi
·         Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
·         Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
·         Ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin
·         Kaji riwayat alergi
Ø  Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress.
b.      Aktivitas/istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. (Doenges, 2000 : 412)
c.       Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. (Doenges, 2000 : 412)
d.      Pengkajian Fisik
Pengkajian Fisik untuk pasien katarak dilakukan dengan cara inspeksi. Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur

2.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
b.      Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
c.       Pemeriksaan tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO, normal 12-25 mmHg)
d.      Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : Menunjukkan anemi sistemik / infeksi
e.       EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : Dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
f.       Tes toleransi glukosa / FBS : Menentukan adanya/ control diabetes.
(Doenges, 2000 : 413)
B.     Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.      Pre Operasi
a.       Diagnosa : Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan
Ø  Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam, kecemasan dapat teratasi.
Ø  Intervensi :
·         Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda – tanda verbal maupun non verbal.
·         Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya
·         Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
·         Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
·         Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan
Ø  Rasionalisasi
·         Membantu pasien mengungkapkan rasa takut secara terbuka.
·         Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
·         Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.
b.      Diagnosa : Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori akibat katarak.
Ø  Tujuan:
Meminimalkan gangguan sensori persepsi
Ø  Intervensi :
·         Tentukan ketajaman mata klien, catat apakah satu/dua mata yang terlibat.
·         Orientasikan klien pada lingkungan disekitar.
·         Letakkan barang yang dibutuhkan klien didekatnya.
·         Libatkan klien dan orang terdekat klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Ø  Rasional:             
·         Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi karena kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.
·         Memberikan peningkatan rasa nyaman dan kekeluargaan, kecemasan berkurang.
·         Memungkinkan klien melihat objek lebih jelas dan memudahkan untuk mengambilnya.
·         Aktivitas tetap berjalan dan meminimalkan terjadinya trauma.
2.      Post Operasi
a.       Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap operasi ekstraksi katarak
Ø  Tujuan :
Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
Ø  Intervensi :
·         Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
·         Ajarkan kepada klien metode distraksi/relaksasi.
·         Ciptakan lingkungan tempat tidur yang nyaman.
·         Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik.
Ø  Rasional :
·         Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberi dasar untuk evaluasi terhadap nyeri.
·         Klien tidak terlalu fokus dengan rasa nyerinya saja dengan memblok respons simpatis efektif.
·         Memberi kenyamanan privasi bagi klien untuk meningkatkan istirahat.
·         Mengontrol pusat nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.
b.      Diagnosa : Resiko tinggi terhadap cedera b.d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan vitreous.
Ø  Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam tidak terdapat tanda – tanda resiko .
Ø  Intervensi
·         Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan balutan mata.
·         Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi/miring ke sisi yang tidak sakit sesuai keinginan.
·         Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menganggukkan mata, membongkok.
Ø  Rasionalisasi
·         Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerjasama dalam pembatasan yang diperlukan
·         Istirahat hanya beberapa menit sampa beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko pendarahan atau stress pada jahitan agar jahitan tidak terbuka
·         Menurunkan stress pada area operasi/ menurunkan TIO
c.       Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur infasif (bedah pengangkatan katarak)
Ø  Tujuan :
·         Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam.
·         Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi.
Ø  Intervensi :
·         Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati luka.
·         Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata, dari dalam keluar dengan tissue basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak bila menggunakannya.
·         Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi
Ø  Rasionalisasi
·         Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi
·         Teknik aseptic menurunkan risiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
·         Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi


Sumber:
Doenges, Marylinn dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.  Penerbit EGC:  Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Katarak 1 diunduh pada 3 sept 21.33.
Ilyas, Sidarta. (1999). Katarak Lensa Mata Keruh , FKUI: Jakarta.
Ilyas, Sidarta. (2000). Ilmu Penyakit Mata, FKUI: Jakarta.
Ilyas, Sidarta. (2000). Sari Ilmu Penyakit Mata, FKUI: Jakarta.
Youngson, Robert. (1986). Segala Sesuatu Tentang Mata. Penerbit Archan: Jakarta.

Vughan, Daniel. (1990) Oftalmologi Umum Jilid 1 1990. Widya Medika: Jakarta

Comments