Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Katarak
A. Anatomi
Lensa
Lensa adalah struktur sirkuler,
lunak dan bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna.
Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm, terletak di belakang iris, di depan
badan vitreus. Titik pusat permukaan anterior dan posterior disebut polus
anterior dan polus posterior, dan garis yang melewati kedua polus tersebut
disebut aksis. Lensa tetap berada di tempatnya karena dari depan ditekan oleh
akueos humor, dari belakang ditekan oleh vitreus humor dan digantung zonula atau
ligamen suspensorium. Zonula adalah membran tipis yang menutupi permukaan dalam
badan silier, prosessus siliaris dan lensa. Permukaan posterior lensa lebih
cembung dibandingkan permukaan anterior dan lensa ini menempati fossa hialoidea
badan vitreus.
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu
kapsul pada bagian luar, korteks dan nukleus pada bagian dalam. Nukleus lensa
lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lama kelamaan menjadi lebih besar
dan kurang elastik. Nucleus dan korteks terbentuk dari lamella konsentris yang
panjang dari serabut-serabut yang tepinya dihubungkan oleh bahan yang
menyerupai perekat yang tertutup di dalam suatu kapsul tipis. Kapsul lensa
adalah suatu membran yang semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan
elektrolit masuk. Kapsul ini merupakan membrane bening yang menutup lensa
secara erat dan lebih tebal pada permukaan anterior.
B. Fisiologi
Lensa
Fungsi utama lensa adalah
memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari
jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil
diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi
lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi
lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama
fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan
benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga
terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri
C. Definisi
Katarak
Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa mata yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya. ( Ilyas, 2000 : 207 ).
Katarak adalah sejenis
kerusakan mata yang menyebabkanmata berselaput dan rabun. ( Wikipedia, 2013 )
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina.Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
D.
Etiologi
Penyebab penyakit katarak umumnya adalah usia lanjut,
akan tetapi dapat juga karena kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata
lokal menahun. Berbagai macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti
glaukoma, ablasi, uveinitis dan retinitis pigmentosa ( Ilyas, 2000 : 207 ).
Berikut ini adalah penyebab penyakit katarak, antara lain
:
1.
Fisik
2.
Kimia
3.
Penyakit
predisposisi
4.
Genetik
dan gangguan perkembangan
5.
Infeksi
virus dimasa pertumbuhan janin
6.
Usia
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih
cepat. Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa
adalah obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun
dari rokok, alkohol, gizi, kurangnya vitamin E dan radang menahun di dalam bola
mata. Obat yang dipergunakan untuk penyakit tertentu dapat mempercepat
timbulnya katarak sepert betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison,
ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat
lainnya. (Ilyas, 1999 : 10)
E. Klasfikasi
Katarak
Berdasarkan
usia katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai
terjadi sebelum atu setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak
:
a. Kaspulolentikular
dimana pada golongan ini termasuk katarak kaspular dan katarak Polaris
b. Katarak
lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atai
nucleus lensa.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital
di perlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubella pada
kehamilan trisemester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan. Katarak
congenital juga sering ditemukan pada bayi premature dan gangguan system syaraf
seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak congenital
perlu dilakukan karena ada hubungan diabetes melitus, kalsium dan fosfor.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain,
dan saat terjadinya katarak. Katarak congenital prognosisnya kurang memuaskan
karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut
telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan
hal yang buruk pada katarak congenital.
Dikenal bentuk-bentuk katarak congenital :
a. Katarak
piramidalis atau Polaris anterior
b. Katarak
piramidalis atau katarak posterior
c. Katarak
zonularis atau lamelris
d. Katarak
pungata dan lain-lain.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak
congenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap
leukokoria. Pemeriksaan leukokoria di lakukan dengan melebarkan pupil.
Katarak congenital sering di temukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella galaktosemia,
homosisteinuri, diabetes melitus, penyakit lain yang menyertai katarak
congenital biasanya merupakan penyakit yang berhubungan dengan herediter
seperti mikroftalmus, aniridia, dan lain-lain.
Kekeruhan pada katarak congenital dapat
dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik. Tindakan pengobatan
pada katarak congenital adalah operasi.
Tindakan bedah pada katarak congenital
bergantung pada :
a. Katarak
total bilateral, dimana sebaiknya di lakukan pembedahan secepatnya segera
katark terlihat.
b. Katarak
total unilateral, yang biasanya diakibatkan trauma, dilakukan pembedahan 6
bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadi juling; bila terlalu muda
akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan segera; perawatan
untuk ambliopia sebaiknya di lakukan sebaik-baiknya.
c. Katarak
total atau congenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah
sekali terjadinya ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat
mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata.
d. Katarak
bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara
dapat di coba dengan kacamata; bila terjadi kekerugan yang progresif disertai
dengan memulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan,
biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik. (Ilyas , 2000 : 209-210)
2.
Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang
muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan lanjutan dari katarak kongenital.
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolic dan penyakit lainnya seperti :
a. Katarak
metabolic
Ø Katarak
diabetic dan galaktosemik (gula)
Ø Katarak
hipokalsemik (tetanik)
Ø Katarak
defisiensi gizi
Ø Katarak
aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
Ø Penyakit
Wilson
Ø Katarak
berhubungan dengan kelainan metabolic lain.
b. Otot.
Ø Distrofi
miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
c. Katarak
traumatic
Penyebab
katarak traumatic yang paling sering dijumpai adalah cedera karena benda asing
pada lensa atau cedera tumpul pada bola mata. Yang sering terjad adalah karena
peluru senapan angin, sedangkan . yang langka antara lain karena anak panah,
batu, benturan, terlalu lama terpajan terhadap panas, sinar-X, dan bahan-bahan
radioaktif. Sebagian besar katarak traumatic dapat dihindari. Dalam industry,
sarana pengaman yang paling baik adalah kaca mata pelindung.
Segera
setelah benda asing masuk ke dalam lensa, lensa menjadi putih karena robeknya kapsul
lensa, yang menyebabkan masuknya cairan mata dan kadang-kadang juga badan kaca
ke dalam lensa. ( Vaughan, 1990 : 172)
d. Katarak
komplikata
Ø Kelainan
konganital dan herediter (siklopia,
koloboma, mikroftalmia, anireidia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia
iridris)
Ø Katarak
degenerative (dengan myopia dan distrofi vitreoretinal, seperti : Wanger dan
retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
Ø Katarak
anoksik
Ø Toksik
Ø Lain-lain
kelainan congenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik)< tulang, dan kromosom.
Ø Katarak
radiasi
(Ilyas,
2000 : 211-212)
3.
Katarak Senil
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa
yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai
sekarang tidak di ketahui secara pasti.
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras
akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada manusia lebih dari 60 tahun.
Pada katarak senile sebaiknya singkirkan penyakit mata local dan penyakit
sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.
Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4
stadium yaitu insipient, imatur, matur, dan hipermatur.
Perbedaan
stadium katarak senile
Insipien
|
Imatur
|
Matur
|
Hipermatur
|
|
Kekeruhan
|
Ringan
|
Sebagian
|
Seluruh
|
Masif
|
Cairan
Lensa
|
Normal
|
Bertambah
(air masuk)
|
Normal
|
Berkurang
(air+massa lensa keluar)
|
Iris
|
Normal
|
Terdorong
|
Normal
|
Tremulans
|
Bilik
Mata Depan
|
Normal
|
Dangkal
|
Normal
|
Dalam
|
Sudut
Bilik Mata
|
Normal
|
Sempit
|
Normal
|
Terbuka
|
Shadow
Test
|
Negatif
|
Positif
|
Negatif
|
Pseudopos
|
Penyulit
|
-
|
Glaukoma
|
-
|
Uveitis+Glaukoma
|
Perbedaan stadium katarak senile :
a. Stadium
insipient
Ø Katarak
stadium dini
Ø Visus
belum terganggu
Ø Kekeruhan
terutama terdapat pd bagian perifer berupa bercak seperti jari jari roda
b. Stadium
immature
Ø Kekeruhan
belum mengenai seluruh lap lensa
Ø Terjadi
hidrasi kortek yang menyebabkan lensa konveks shg indeks refraksi berubah &
mata menjadi myopia(intumesensi) konveksnya lensa mendorong iris
kedepan,menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan
komplikasi glukoma
c. Stadium
matur
Ø Terjadi
pengeluaran air shg lensa berukuran normal kembali
Ø Lensa
telah keruh seluruhnya shg semua sinar yang masuk pupil dipantulkan kembali
Ø Dipupil
tampak lensa seperti mutiara
d. Stadium
dismatur
Ø Korteks
lensa yang seperti bubur mencair shg nucleus lensa turun karena daya beratnya
Ø Melalui
pupil nucleus kelihatan sebagai setengah lingkaran dibagian bawah dengan warna
berbeda dari yang diatasnya yaitu kecoklatan
Ø Terjadi
kerrusakan kapsul lensaa yg lebih permeable shg isi korteks dapat keluar dan
lensa menjadi kempis. (Ilyas, 2000:
212-214)
F. Patofisiologi
Lensa berisi 65% air , 35% protein dan mineral penting.
Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan
kandungan kalsium dan berubahnya protein yang terlarut menjadi tidak terlarut
serta trauma yang dialami si penderita.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan
penyerapan oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh
dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam
askorbat, dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak
ditemukan glutation. ( Vaughan, 1999 : 169 )
Pada makalah ini kami membahas beberapa kondisi sehingga
seseorang dapat mengalami katarak. Yang pertama adalah proses degenerasi atau
proses penuaan. Pada proses penuaan, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan
densitas ini akibat kompresi sentral pada lensa yang menua. Serat lensa yang baru akan selalu
diproduksi di korteks, menyebabkan serat yang tua ditekan ke arah sentral. Inilah yang menyebabkan kekeruhan
dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.Kekeruhan sel selaput lensa yang
terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat
menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
Yang kedua adalah perubahan keseimbangan protein pada
mata. Normalnya lensa berwarna transparan, hal ini terjadi karena adanya
keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat
larut dalam membran semi permiabel. Perubahan kimia dalam lensa
ini mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Bila
terdapat peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, maka terjadi
penurunan sintesa protein sehingga jumlah protein dalam lensa berlebihan yang
berupa massa yang transparan atau bintik
kecil disekitar lensa dan membentuk suatu kapsul.
Dan yang ketiga adalah trauma. Trauma akan mengakibatkan
degenerasi dini lensa mata sehingga terjadi perubahan protein dan senyawa kimia
pada lensa yang mengakibatkan koagulasi serat protein sehingga keadaan lensa
akan keruh.
Beberapa kondisi diatas dapat memburamkan bayangan semu
yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan
berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata akan menjadi putih susu
kemudian berubah menjadi warna kuning bahkan dapat berubah menjadi coklat atau
hitam dan klien mengalami kesulitan dalam melihat.
G. Manifestasi
Klinis
Katarak terjadi secara perlahan-lahan
sehingga tidak disadari oleh penderitanya. Maka dari itu, penting untuk
menngetahui tanda serta gejala- gejalanya, yakni sebagai berikut :
1.
Penurunan ketajama penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan
2.
Pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak aka tampak dengan oftalmoskop
3.
Pandangan menjadi kabur dan redup
4.
Pupil tampak abu-abu atau putih
5.
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat
kabut menghalangi objek
6.
Terlalu peka terhadap sinar atau cahaya
7.
Penglihatan diplopia monokuler
8.
Penurunan ketajaman penglihatan
9.
Kesulitan melihat pada malam hari
10. Persepsi
terhadap warna berubah
Menurut
Dr. Robert Youngson tanda dan gejala katarak secara keseluruhannya sebagai
berikut :
1.
Perubahan penglihatan atas warna
2.
Mata yang berubah menjadi miopi selama waktu
terbatas
3.
Cahaya yang terpencar dan penglihatan yang
makin buruk ( Youngson, 1986 : 70 )
H. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pad
akatarak yang masih ringan dapat dibantu menggunakan kacamata, lensa pembesar,
cahaya yang lebih terang atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap
ini tidak diperlukan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan
cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus
katarak memrlukan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa
menyebabkan penurunan tajam penglihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
Ada
beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan pada penderita katarak, antara lain
:
1.
Operasi Ektraksi Katarak Ekstra Kapsular
(EKEK)
Ini merupakan pembedaha pada lensa katarak
dimana isi lensa dikeluarkan setelah pembungkus atau kapsul lensa ditinggalkan.
Dengan teknik ini terdapat ruang bebas di temat bekas lensa sehingga
memungkinkan menempatkan lensa pengganti yang disebut lensa tanam bilik mata
belakang (posterior chamber intraocular lens). Bedah cara ini mengurangi
penyulit yang sering terjadi pada EKIK. Dngan teknik ini saytan lebih kecil
(10-11 mm), sedikit jahitan dengan waktu penyembuhan lebih pendek. Bahkan pada fakoemulsifikasi maka sayatan
sangat kecil dengan jumlah jahitan sedikit dan bisa tidak dijahit sama sekali
sehingga otomatis penyulit berkurang. Fakoemulsifikasi merupakan teknik EKEK
baru dimana lensa yang keruh atau katarak dikeluarkan melalui sayatan
2-3mm.(Ilyas, 1999: 25)
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan pembedahan glaucoma, mata dengan predisposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolaps badan
kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. (Ilyas, 2000 : 218)
2.
Operasi Ekstraksi Katarak Intra Kapsular
(EKIK)
Ini merupakan tindakan pembedahan pada lensa
katarak dimana seluruh lensa bersama dengan pembungkusnya atau kasulnya
dikeluarkan dengan lidi (probe) beku (dingin). Pada operasi ini dibuat sayatan
selaput bening yang cukup luas, jahitan yang banyak (14-15 mm), sehingga
penyembuhan lukanya memakan waktu yang lama. (Ilyas, 1999 : 25)
Ini merupakan pembedahan yang sangat lama
danpopuler. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian
alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya. Katarak
ekstraksi intra kapsuler ini tidak boleh dilakukan atau kontra indikasi pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligament hialoidea
kapsular. Penyulit yang dapalt terjadi pada pembedahan ini antara lain
astigmatisme, glaucoma, uveitis, endoftalmitis dan pendarahan. (Ilyas, 2000 :
218)
I. Komplikasi
1.
Glaukoma
2.
Infeksi
pasca operasi
3.
Perdarahan
4.
Edema
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Penegakan
Diagnosa
1.
Pengkajian
a. Anamnesa,
terdiri dari :
Ø Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal
sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.
Ø Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak
biasanya antara lain:
·
Penurunan
ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
·
Mata
tidak merasa sakit, gatal atau merah
·
Berkabut,
berasap, penglihatan tertutup film
·
Perubahan
daya lihat warna
·
Gangguan
mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
·
Lampu
dan matahari sangat mengganggu
·
Sering
meminta ganti resep kaca mata
·
Melihat
ganda
·
Baik
melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
·
Gejala
lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
Ø Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik
yang di miliki oleh pasien seperti :
·
DM
·
Hipertensi
·
Pembedahan
mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
·
Kaji
gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
·
Ketidakseimbangan
endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid /
toksisitas fenotiazin
·
Kaji
riwayat alergi
Ø Riwayat
Kesehatan Keluarga
Apakah
ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress.
b. Aktivitas/istirahat
Perubahan
aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. (Doenges, 2000
: 412)
c. Neurosensori
Gangguan
penglihatan (kabur/tidak jelas), kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau
merasa di ruang gelap. Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan. (Doenges, 2000 : 412)
d. Pengkajian
Fisik
Pengkajian
Fisik untuk pasien katarak dilakukan dengan cara inspeksi. Dalam
inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa
mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan
oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45
derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar
pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh
dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan
pupil terjadi pada katarak matur
2. Pemeriksaan
Diagnostik
a. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular
( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan
kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
b. Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji
struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan
retina, dan mikroaneurisme.
c. Pemeriksaan tonografi : Mengkaji
intraokuler (TIO, normal 12-25 mmHg)
d. Darah lengkap, laju sedimentasi
(LED) : Menunjukkan anemi sistemik / infeksi
e. EKG, kolesterol serum, dan
pemeriksaan lipid : Dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
f. Tes toleransi glukosa / FBS :
Menentukan adanya/ control diabetes.
(Doenges,
2000 : 413)
B. Diagnosa
Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.
Pre Operasi
a. Diagnosa : Kecemasan b.d kurang
terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan
Ø Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan …x24 jam, kecemasan dapat teratasi.
Ø Intervensi :
·
Kaji
tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda – tanda verbal maupun non
verbal.
·
Beri
kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya
·
Observasi
tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
·
Beri
penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
·
Beri
penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan
Ø Rasionalisasi
·
Membantu
pasien mengungkapkan rasa takut secara terbuka.
·
Mengetahui
respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
·
Meningkatkan
pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.
b. Diagnosa
: Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
akibat katarak.
Ø Tujuan:
Meminimalkan
gangguan sensori persepsi
Ø Intervensi
:
·
Tentukan ketajaman mata klien, catat apakah
satu/dua mata yang terlibat.
·
Orientasikan klien pada lingkungan disekitar.
·
Letakkan barang yang dibutuhkan klien
didekatnya.
·
Libatkan klien dan orang terdekat klien dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Ø Rasional:
·
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
bervariasi karena kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.
·
Memberikan peningkatan rasa nyaman dan
kekeluargaan, kecemasan berkurang.
·
Memungkinkan klien melihat objek lebih jelas
dan memudahkan untuk mengambilnya.
·
Aktivitas tetap berjalan dan meminimalkan
terjadinya trauma.
2.
Post Operasi
a. Diagnosa
: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap operasi ekstraksi
katarak
Ø Tujuan
:
Menyatakan
nyeri hilang atau terkontrol
Ø Intervensi
:
·
Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
·
Ajarkan kepada klien metode
distraksi/relaksasi.
·
Ciptakan lingkungan tempat tidur yang nyaman.
·
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
analgetik.
Ø Rasional
:
·
Membantu menentukan pilihan intervensi dan
memberi dasar untuk evaluasi terhadap nyeri.
·
Klien tidak terlalu fokus dengan rasa
nyerinya saja dengan memblok respons simpatis efektif.
·
Memberi kenyamanan privasi bagi klien untuk
meningkatkan istirahat.
·
Mengontrol pusat nyeri dan menurunkan
rangsangan saraf simpatis.
b. Diagnosa
: Resiko tinggi terhadap cedera b.d
peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan vitreous.
Ø Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan …x24 jam tidak terdapat tanda – tanda resiko .
Ø Intervensi
·
Diskusikan
apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan balutan mata.
·
Beri
pasien posisi bersandar, kepala tinggi/miring ke sisi yang tidak sakit sesuai
keinginan.
·
Batasi
aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menganggukkan mata,
membongkok.
Ø Rasionalisasi
·
Membantu mengurangi rasa takut dan
meningkatkan kerjasama dalam pembatasan yang diperlukan
·
Istirahat hanya beberapa menit sampa beberapa
jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi.
Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko pendarahan atau
stress pada jahitan agar jahitan tidak terbuka
·
Menurunkan stress pada area operasi/
menurunkan TIO
c. Diagnosa
: Resiko tinggi terhadap infeksi b.d
prosedur infasif (bedah pengangkatan katarak)
Ø Tujuan :
·
Meningkatkan
penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam.
·
Mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi.
Ø Intervensi :
·
Diskusikan
pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati luka.
·
Gunakan/tunjukkan
teknik yang tepat untuk membersihkan mata, dari dalam keluar dengan tissue
basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak
bila menggunakannya.
·
Tekankan
pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi
Ø Rasionalisasi
·
Menurunkan
jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi
·
Teknik
aseptic menurunkan risiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
·
Mencegah
kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
Sumber:
Doenges, Marylinn dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit
EGC: Jakarta.
http://dwilibra56.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-katarak.html 18
SEPT 2013 20.15
http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/07/pathway-katarak.html
diunduh 12 september 2013 pukul 17.56
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35543-Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Katarak.html Diunduh pada 13 sept 2013 22.15.
Ilyas, Sidarta. (1999). Katarak Lensa Mata Keruh , FKUI: Jakarta.
Ilyas, Sidarta. (2000). Ilmu Penyakit Mata, FKUI: Jakarta.
Ilyas, Sidarta. (2000). Sari Ilmu Penyakit Mata, FKUI: Jakarta.
Youngson, Robert. (1986). Segala Sesuatu Tentang Mata. Penerbit Archan: Jakarta.
Vughan, Daniel. (1990) Oftalmologi Umum Jilid 1 1990. Widya Medika: Jakarta
Comments
Post a Comment